MALIMÂ DALAM KOSMOLOGI TRADISIONAL
PengantarÂ
Batak Toba adalah salah satu suku di Indonesia. Di Tanah Batak ada sebuah agama yang dikenal dengan agama Malim. Â Agama ini memiliki konsep tentang kosmologi. Konsepsi tentang kosmologi dapat dilihat dari pandangan mereka tentang alam ciptaan dan bagaimana awal mula manusia.
Dalam Batak Toba tradisional, dikenal sebutan malim sebagai petugas atau spesialis dalam memberikan pertolongan untuk dunia supernatural. Dalam tulisan ini, dibahas kaitan antara spesialis (malim) itu dengan paham tentang kosmos tradisional yang ada dalam budaya Batak Toba. Tentu kepercayaan yang dimaksudkan ini berbeda dengan agama-agama besar yang dikenal pada zaman sekarang. Kepercayaan parmalim bersumber dari mitologi Batak Toba. Mitologi itu diteruskan secara turun-temurun. Karena itu, kepercayaan ini berdasar pada mite suku Batak Toba.
Selain itu, tulisan ini membahas apakah ada tindakan yang mirip antara spesialis Toba dengan apa yang dilakukan spesialis (imam) dalam Gereja Katolik. Hal ini diketahui paling tidak dengan menelaah letak persamaannya dan letak perbedaannya.
Agama Malim
Penciptaan dalam Batak Toba
Terdapat tiga bagian dalam semesta menurut pandangan Toba tradisional. Banua ginjang (dunia atas), banua tonga (dunia tengah), dan banua toru (dunia bawah). Ketiga banua itu diciptakan oleh Debata Mulajadi Nabolon. Proses penciptaan banua ginjang tidak ada yang tahu. Sementara itu, banua tonga serta banua toru diciptakan sesudah banua ginjang ada.Â
Selain itu, ada tiga dewa yang diciptakan oleh Mulajadi Nabolon, yaitu Bataraguru (bertugas sebagai pemberi keadilan dan pengetahuan), Sorisohaliapan (sumber kesucian hamalimon = imamat dan kebenaran), dan Balabulan (sumber kekuatan dan kesaktian).[1]
Di banua ginjang, Debata Mulajadi Nabolon menyuruh Deakparujar untuk menikah dengan Raja Odap-odap. Akan tetapi, Deakparujar menolak. Lalu, Deakparujar ditempatkan di bumi yang telah diciptakan oleh Debata. Raja Odap-odap pun turun ke bumi untuk menemui Deakparujar. Akhirnya, mereka kawin dan lahirlah bayi kembar. Anak laki-laki bernama Raja Ihat Manisia dan yang perempuan bernama Boru Ihat Manisia. Dari merekalah asal usul manusia.[2]