Saat memulai untuk memanfaatkan teras rumah sebagai kebun hidroponik, beberapa teman bertanya "sayurannya nanti mau dibuat apa?, dijual atau sekedar menyalurkan hobby?" Saya sendiri tidak pernah berfikir sejauh itu, tak pernah memikirkan setelah panen nanti syaurannya mau diapakan. Yang terfikirkan adalah bagaimana instalasinya bisa selesai dan siap untuk digunakan.
Setelah masa coba-coba berhidroponik dengan memanfaatkan jerigen dan botol air mineral, kemudian beralih ke instalasi pipa bertingkat sistem DFT. Pada luasan yang sangat sempit, ada sekitar 110 lubang tanam yang terbagi pada 3 instalasi pipa 3 inch dan 2.5 inch.Â
Menanam sayur dengan sistem hidroponik ternyata sangat mudah, kurang lebih 30 hari setelah pemindahan ke instalasi pipa, sayuran sawi hijau jenis caisim mapun pakcoy sudah bisa dipanen. Saat masa panen inilah kemudian saya teringat pada pertanyaan teman tadi "mau diapakan?" Untuk konsumsi sendiri sepertinya tidak mungkin. Di jual juga sepertinya tidak tega (dan memang tujuan awalnya memang bukan untuk dijual).
Jadilah panen perdana sawi hidroponik dibagikan ke tetangga dan teman kantor. Selain untuk mengkampanyekan sayuran sehat tanpa pestisida, sekalian bersedekah sayuran hidroponik. Lumayan, setiap orang dapat jatah antara 5 sampai 10 tanaman, cukuplah untuk sekedar membuat tumis sawi atau dicampur dengan mie instant. Mereka dapat sayuran sehat, Insya Allah saya dapat pahalanya.. hehehe...
Tetangga dan teman sekantor yang mendapat pasokan sayuran memberi respon positif, rata-rata memberikan apresiasi positif karena sayurannya bersih, tidak kusam, dan tidak mengandung unsur pestisida, tekstur dan rasanya pun sangat berbeda dengan sawi yang ditanam dengan sistem konvensional.
Banyak di antaranya juga tidak mengerti tentang sistem hidropnik, heran karena sayurannya bisa tumbuh padahal tidak menggunakan tanah sebagai media tanam. Jadi disamping bersedekah sayuran hidroponik, sekaligus menjelaskan mengenai sistem hidroponik yang merupakan pilihan sistem bercocok tanam yang ramah lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H