Di era digital yang dipenuhi dengan media sosial, kita seringkali terjebak dalam perlombaan untuk mendapatkan pengakuan dan kesenangan. Terkadang gaya hidup yang gengsi, hedonisme, dan FOMO menjadi tiga hal yang menggambarkan anak muda jaman sekarang.
Sebelum kita membahas 3 hal tersebut, mari kita pahami dulu ketiga hal ini:
- Gengsi: Merupakan perasaan ingin diakui dan dihargai oleh orang lain, seringkali diukur dari materi atau status sosial.
- Hedonisme: Adalah paham yang mengutamakan kesenangan duniawi sebagai tujuan hidup.
- FOMO (Fear of Missing Out): Merupakan rasa takut yang timbul dari ketinggalan atau tidak menikmati pengalaman yang sama seperti orang lain.
Anak muda yang FOMO seringkali terjebak dalam perbandingan sosial yang tidak sehat, sehingga mendorong mereka untuk mengejar gaya hidup hedonis demi gengsi. Lantas bagaimanakah cara kita keluar dari zona FOMO ini?
1. Kenali Diri Sendiri:
Hal pertama yang harus kita tau adalah mengenali diri sendiri. Caranya adalah dengan mengidentifikasi nilai-nilai hidup yang paling penting bagi kita. Merujuk pada kitab suci Veda, nilai hidup yang perlu kita tanamkan adalah pengabdian kepada Tuhan atau Bhakti. Hal ini disebabkan karena diri kita bukanlah badan, melainkan sang Atma yang merupakan percikan terkecil dari Tuhan.
Di setiap langkah, tujuan kita hanyalah untuk mengabdi kepada Tuhan. Bukan berarti kita menjadi pendeta, melainkan apa yang kita kerjakan, semuanya demi melayani Tuhan. Anggap saja jika hari anda adalah seorang mahasiswa, maka pahamilah bahwa tugas anda sebagai mahasiswa merupakan bentuk pengabdian kepada Tuhan. Sehingga anda perlu menjadi mahasiswa yang tekun bukan yang sering bolos.
Begitu juga dengan bakat. Jika seandainya kita memiliki bakat, maka asahlah bakat itu hingga mahir. Melayani Tuhan bukan berarti kegiatan kita hanya berdoa saja. Bakat yang kita miliki perlu kita asah dan kembangkan agar kita memiliki karir yang baik. Dan dari sana kita bisa melayani Tuhan dengan lebih baik.
Dengan mengenali diri sendiri sebagai bagian dari Tuhan, kita bisa menciptakan kesederhanaan diri. Dan dengan itu juga, rasa ingin mengikuti trend menjadi berkurang. Tidak perlu mengikuti hal hal yang membuat kita jauh dari kesadaran Tuhan.
2. Kelola Media Sosial
Media sosial dapat menjadi pemicu kita FOMO terhadap suatu trend. Ketika kita melihat orang lain memiliki sesuatu atau pamer yang dibelinya, kita merasa ingin memilikinya juga. Hal ini memicu kita untuk FOMO dan ingin membeli apa yang dibeli oleh orang lain.
Dalam Bhagavad Gita sloka16.21, Sri Krishna bersabda
"Ada tiga pintu gerbang menuju neraka tersebut---hawa nafsu, amarah dan loba. Setiap orang waras harus meninggalkan tiga sifat ini, sebab tiga sifat ini menyebabkan sang roh merosot."
Sehingga penting untuk menghilangkan pemicu-pemicu terjadinya kebiasaan FOMO. Cara untuk menghilangkan pemicu ini adalah unfollow akun-akun yang membuat kamu merasa tidak nyaman atau iri. Dan hanya mengikuti akun-akun yang menginspirasi dan memotivasi.
3. Fokus pada Proses, Bukan Hasil:
Sebagai pribadi yang sedang belajar, perlu bagi diri kita untuk fokus pada proses. Jangan hanya terpaku pada hasil akhir, tetapi nikmati proses belajar dan berkembang dengan selalu melaksanakan pekerjaan dalam bhakti. Pekerjaan dalam bhakti artinya kita bekerja sesuai dengan tugas dan kewajiban yang telah ditetapkan, dan juga menganggap bahwa pekerjaan ini untuk melayani Tuhan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sri Bhagavan Krishna dalam Bhagavad Gita 5.7
"Orang yang bekerja dalam bhakti, yang menjadi roh yang murni, yang mengendalikan pikiran dan indera-indera, dicintai oleh semua orang, dan diapun mencintai semua orang. Walaupun dia selalu bekerja, dia tidak pernah terikat."
4. Bangun Hubungan yang Sehat:
Pergaulan adalah kunci kebiasaan kita. Jika seandainya anda bergaul dengan seorang penyembah, maka pemikiran pemikiran penyembah juga akan secara otomatis ada dalam diri anda. Seperti yang terjadi dengan Sri Narada, resi dikalangan para dewa. Ketika ia masih kecil, ia sudah bergaul dengan para resi, sehingga kebiasaan kebiasaan para resi juga ada pada dirinya. Hal ini dijelaskan dalam kitab Bhagavata Purana 1.5.29
"Aku sangat dekat dengan orang-orang bijak itu. Aku bersikap lembut dalam perilakuku, dan semua dosaku terhapuskan dalam pengabdianku kepada mereka. Dalam hatiku, aku memiliki keyakinan yang kuat kepada mereka. Aku telah menaklukkan indera, dan aku benar-benar mengikuti mereka dengan tubuh dan pikiran."
Untuk itu penting bagi diri kita untuk menjaga pergaulan dan hubungan yang sehat. Hindari pergaulan pergaulan toxic yang hanya akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan diri.
5. Kembangkan Minat dan Hobi:
Tidak ada yang salah dengan mengembangkan minat dan juga hobi. Jika diri kita ingin mengembangkan minat dan hobi, maka kembangkanlah minat tersebut semaksimal mungkin. Asalkan minat dan hobi kita tidak bertentangan dengan nilai nilai Dharma. Hindari minat dan hobi yang buruk seperti berjudi, membunuh hewan, berzina, dan mabuk-mabukan. Isi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan, seperti membaca, berolahraga, atau belajar hal baru. Kita juga bisa melakukan kegiatan yang dapat membantu kita rileks dan mengurangi stres, seperti meditasi atau yoga.
6. Belajar Bersyukur:
FOMO, gengsi, dan hedon adalah gaya hidup yang muncul akibat kurangnya mensyukuri pemberian Tuhan. Kita patut mensyukuri segala hal yang kita miliki, sekecil apapun itu. Dalam Bhagavata Purana Skanda 8.19.24 dinyatakanÂ
"Seseorang hendaknya merasa puas (bersyukur) dengan apa pun yang telah dicapainya melalui takdirnya sebelumnya, karena ketidakpuasan tidak akan pernah mendatangkan kebahagiaan. Seseorang yang tidak mampu mengendalikan diri tidak akan bahagia meskipun telah memiliki tiga dunia."
Untuk itulah kita harus bersyukur. Orang yang bersyukur mampu membahagiakan diri atas apa yang telah dimilikinya walaupun hanya sedikit yang ia punya. Berbeda dengan orang yang tidak bersyukur, meskipun 3 dunia ia dapatkan, ia tidak akan pernah merasa bahagia.
Itulah 6 tips untuk mengatasi gaya hidup yang FOMO, Gengsi, dan Hedon berdasarkan nilai nilai Veda. Membangun kebiasaan baru membutuhkan waktu dan kesabaran. Jangan menyerah jika kamu merasa kesulitan. Yang terpenting adalah kamu terus berusaha untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
Like jika menurutmu benar, share postingan ini jika bermanfaat, komen jika punya pendapat lain, dan jangan lupa follow untuk berita terbarunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H