Malam suwung. Gung liwang-liwung.Gerimis.Mistis.Lamat kudengar Gendhing Bedhaya Ketawang. Air mataku menetes-tetes. Kupunguti satu persatu. Kutandon dalam cawan emas. Kuraih sehelai bulu angsa emas. Kutorehkan pada suwungnya malam agar Yang Agung di singgasana langit membacanya.
“Biarkanlah saat ini hanya menjadi sesuatu yang laten. Nanti, kelak suatu saat nanti, pada sebuah lereng kaki gunung, aku ingin seperti daun yang menguning dan mengering. Kemudian terhempas luruh ke tanah menjadi humus tanpa kepedulian siapapun”.
Kau tahu,
Daun yang jatuh tak pernah dan tak akan mendendam ataupun membenci angin. Ia biarkan dirinya luruh sedemikian rupa berbaur bersama sampah. Ia tak melawan. Ia tak kesakitan. Ia pasrah dan tersenyum. Semusim kemudian, ia menjadi humus penyubur kehidupan.
~Kintun sungkem “rock n roll” kagem Gusti Kang Dumadi pada akhir September 2016~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H