Mohon tunggu...
Kaori Denaya Anindwipa
Kaori Denaya Anindwipa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik

Mahasiswa S1 Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masyarakat Madani dan Kerukunan Umat Beragama

29 November 2021   20:05 Diperbarui: 29 November 2021   20:08 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat secara harfiah adalah sejumlah manusia dalam arti seluas luasnya terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama Adapun jenis-jenis masyarakat yang ada di dunia yang terbagi menjadi sepuluh macam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu masyarakat bahasa, desa, hukum, kota, madani, majemuk, modern, pedesaan, primitif, dan tradisional. 

Masyarakat bahasa adalah kelompok orang yang merasa memiliki bahasa bersama (satu kesatuan bahasa), yang merasa termasuk dalam kelompok itu, atau yang berpegang pada bahasa standar yang sama masyarakat hukum yang berarti masyarakat yang dapat menentukan hukum atau peraturannya sendiri. Selain itu ada dua jenis masyarakat yang dibedakan berdasarkan daerah yang ditempati, yaitu masyarakat desa dan kota.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat madani dijelaskan sebagai masyarakat kota; masyarakat yang menjujung tinggi nilai, norma, hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu, dan teknologi peradaban. 

Awal istilah masyarakat madani ini adalah dari menteri keuangan Malaysia saat itu yang bernama Anwar Ibrahim. Masyarakat madani ini sangat identik dengan masyarakat kota yang mempunyai sifat dinamis, sibuk, berpikir logis, memiliki pola hdup yang praktis, berwawasan luas, dan mencari terobosan baru untuk mencapai kehidupan yang sejahtera.

Karakteristik Masyarakat Madani

  • Kesukarelaan, yaitu tidak adanya paksaan, tetapi memiliki komitmen bersama untuk mewujudkan tujuan can cita-cita bersama
  • Keswasembadan, di mana setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi, mendiri yang kuat tanpa menggantungkan pada negara atau lembaga-lembaga negara atau organisasi lainnya
  • Kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat, terutama ketika berhadapan dengan negara.
  • Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama.

Dengan jumlah umat muslim di Indonesia yang sangat besar, sering kali segala permasalahan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan masih banyak lain akan dikaitkan dengan segala aturan Islam. 

Hal ini dibuktikan dalam banyaknya kelompok-kelompok muslim yang radikal sehingga sering kali kelompok-kelompok ini memaksakan hukum yang ada di Indonesia menjadi syariat Islam seperti yang dikatakan oleh Sidney Jones di bukunya. 

Ia mengatakan bahwa di Indonesia, membicarakan masyarakat madani akan sulit jika tidak mengikutsertakan kelompok-kelompok Islam yang berniat menggantukan sistem pemerintahan Indonesia atau demokrasi menjadi pemerintahan Islam.

Walaupun Indonesia bukanlah negara Islam, Indoenesia merupakan negara dengan penduduk yang beragama Islam terbanyak. Tetap, Indonesia adalah negara demokrasi yang di mana negara yang memiliki masyarakat madani yang dinamis dan sukses akan membentuk koneksi demokrasi dengan tujuan memlihara dan melindungi keberagaman agama, komunitas, dan keluarga.

Dalam hal ini, terlihat menjadi sulit apabila sebuah negara yang menjunjung tinggi demokrasi Pancasila masih memiliki segelintir kelompok yang dalam berbagai aspek memiliki kegiatan yang bersifat anti-demokrasi.

Keberagaman Agama dan Kepercayaan

Bagaimana para tokoh agama, dapat memberikan pencerahan pada masyarakat secara lebih baik dan tidak besrisfat profokatif, dengan dasar sesungguhnya agama itu merupakan rahmatan lil alamin (Rahmat buat seluruh alam), baik tanaman, binatang, dan manusia. 

Baik beragama Islam, Kristen, Budha atau Hindu. Selain agama resmi yang diakui oleh Indonesia, masih banyak jenis kepercayaan lainnya yang dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia, seperti sistem kepercayaan animisme dan dinamisme. Dalam penulisan di atas, ada komunitas Islam Aboge yang melakukan ritual terhadap leluhur.

Menjaga kerukunan umat beragama di tengah banyaknya keberagaman, khusunya kita sebagai rakyat Indonesia yang menjunjung tinggi satu kesatuan atau Bhinneka Tunggal Ika sudah menjadi hal yang wajib untuk dilakukan. Selain itu, dari pandangan Islam yang notabene merupakan agama yang menjunjung tinggi perdamaian, membangun kerukunan adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi sebagai umat Islam. Dalam Islam sendiri memiliki larangan untuk mengolok-olok kaum lain seperti yang sudah disinggung dalam surah Al-Hujurat yang berbunyi:

11. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

12. Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

Seperti yang dikemukakan dalam surah Al-Hujurat tersebut, pentingnya membangun kerukunan dan menghilangkan rasa dengki terhadap kaum lain, serta hendaklah mencemooh suatu kaum, menjelaskan bahwa kerukunan dalam agama Islam sifatnya jelas. Larangan yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT ini menggambarkan bahwa satu manusia tidak lebih baik daripada manusia lain. Hal ini membuktikan bahwa Islam sudah mengajarkan kita pentingnya membangun kerukunan di kehidupan bermasyarakat. Di samping itu, Al-Qur'an yang adalah sumber utama ajaran Islam juga merupakan pedoman hidup bagi setiap muslim dan menjadi acuan dalam menata kehidupan bermasyarakat.

Agama resmi yang diakui oleh negara Indonesia adalah sebanyak enam macam agama, seperti Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Namun, pada kenyataannya masih banyak kepercayaan di luar agama-agama tersebut yang dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia, seperti sistem kepercayaan animisme dan dinamisme yang sudah ada sejak jaman Pra-aksara. 

Selain kepercayaan tersebut, ada pun kepercayaan atau kelompok dari agama-agama resmi ini, seperti komunitas Islam Aboge yang melaksanakan ritual keagamaan dengan ritual kepada leluhur, yang di mana kepercayaan ini sudah dianut bertahun tahun bahkan puluhan tahun, sehingga menjadi sulit untuk meninggalkannya. Maka dari itu, walaupun banyak agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia, hal ini seharusnya tidak menjadi suatu masalah untuk bersikap toleran terhadap satu sama lain antar umat beragama.

Selain beragamnya agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia, untuk mencapai kerukunan masyarakat madani di tengah masyarakat yang plural adalah dengan memperhatikan keadaan lain di luar agama, seperti:

  •  Sosial Ekonomi:

Bagaimana, agar kesenjangan ekonomi antara, kaya miskin, pusat dan daerah, dapat ditekan lebih kecil. Artinya unsur pemerataan pada kebijakan Pemerintah merupakan suatu hal yang sangat mendasar.

  • Politik

Agar tokoh-tokoh politik ketika sudah menduduki jabatan, baik sebagai anggota Dewan, maupun sebagai eksekutif di pemerintahan, benar-benar menjadi wakil rakyat dan memperjuangkan kepentingan rakyat, bukan kepentingan partai atau golongannya.

  • Budaya

Agar, budaya Indonesia yang sangat kaya dan beragam dapat dipertahankan atau dilestarikan, dalam rangka mengikat suatu persatuan Indonesia (Bhineka Tunggal Ika).

 

Urgensi dalam membangun kerukunan umat beragama di tengah masyarakat plural ini difokuskan untuk menghindari runtuhnya negara kesatuan ini disaat masyarakat tidak memiliki toleransi atas satu sama lain, serta kesadaran diri yang harus dibangun oleh masyarakat Indonesia. Bersampingan dengan banyaknya agama dan kepercayaan yang dianut, sikap toleran seharusnya sudah menjadi fokus untuk tercapainya kerukunan dalam berkewarganegaraaan.

DAFTAR PUSAKA

Ahmad Ramdani (2018). KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM. Tesis. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018.

Booksc.org. (2016). Redefining disability in the context of "masyarakat madani ", an Indonesian model of inclusive society | Agustian, Hendra Y. | download. [online] Available at: https://booksc.org/book/64229757/46ef35 [Accessed 11 Sep. 2021].

Id1lib.org. (2015). Sisi Gelap Demokrasi: Kekerasan Masyarakat Madani di Indonesia | Sidney Jones | download. [online] Available at: https://id1lib.org/book/11172159/69a388 [Accessed 11 Sep. 2021].

Kosasih, O. and Ag, M. (n.d.). KONSEP MASYARAKAT MADANI. [online] .Available at: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196509171990011-ACENG_KOSASIH/MASYARAKAT_MADANI.pdf. 

Aristotle: "Politics" (1946)

 Rini Fidiyani (2013). KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA (Belajar Keharomonisan dan Toleransi Umat Beragama Di Desa Cikakak, Kec. Wangon, Kab. Banyumas). Jurnal Dinamika Hukum, [online] 13(3), pp.468--482. Available at: http://www.dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/view/256 [Accessed 12 Sep. 2021].

Suroto (2015). KONSEP MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA DALAM MASA POSTMODERN (SEBUAH ANALITIS KRITIS). Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 5, Nomor 9, Mei 2015  

Profetika, J.S. and Islam (2013). MERAJUT KERUKUNAN DALAM KERAGAMAN AGAMA DI INDONESIA (Perspektif Nilai-Nilai Al-Quran). [online] 14(1), pp.66--77. Available at: https://journals.ums.ac.id/index.php/profetika/article/viewFile/2008/1426 [Accessed 12 Sep. 2021].

Kosasih, O. and Ag, M. (n.d.). KONSEP MASYARAKAT MADANI. [online] Available at: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196509171990011-ACENG_KOSASIH/MASYARAKAT_MADANI.pdf.

Hendri Masduki (2016). Pluralisme Dan Multikulturalisme Dalam Perspektif Kerukunan Antar Umat Beragama (Telaah Dan Urgensinya Dalam Sistem Berbangsa Dan Bernegara). DIMENSI - Journal of Sociology, [online] 9(1). Available at: https://journal.trunojoyo.ac.id/dimensi/article/view/3741/2742 [Accessed 13 Sep. 2021].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun