Sst, jangan..
Jangan kau melihat  ke depan, kau akan melihat aku berdiri tegak menjadi tameng mu..
Jangan pula kau menengok ke belakang, karena kau akan menemukan ku tepat sedang mengawasi mu. Jauh di belakang sana, di samping tiang taman...
Aku tidak mau kau tau.
Aku tidak mau kalian tau.
Sst. Jangan..
Jangan kau lihat ke atas, aku tidak mau kau melihat ku.
Hah?
Iya, aku takut kau melihat ku dalam lekukan lekukan awan tuhan..
Hmm.. tidak mungkin kau melihat ku di atas. Imajinasi mu saja bukan tentang aku. Mungkin kau hanya akan melihat dinosaurus atau apalah, atau melihat seorang yang kau dambakan.
Bukan aku tentunya.
Sst. Jangan..
Jangan kau melihat ke bawah, apalagi ketika disamping mu ada orang. Aku tidak mau kau melihat bayangan di bawah kaki mu.
Karena ada satu bayangan yang mungkin masih kau kenal.
Jangan..
Jangan kau lihat ke arah matahari terbit, arah terbenamnya bulan, arah matahari terbenam, arah terbitnya bulan.
Jangan kau lihat Venus atau Jupiter atau bintang-bintang lain.
Jangan kau lihat, jangan kau lihat, jangan kau lihat.
Terlebih dari itu semua, jangan pernah mencoba melihatku. Jangan pernah mencoba mencari ku.
Sudah, biar aku saja yang melihat mu. Biar aku saja yang mencari mu.
Lihat.. disamping mu ada orang bukan.?
Bahagialah, tersenyumlah.
Karena aku akan bahagia kala itu.
Karena aku akan tersenyum kala itu.
Apa?
Kau pernah melihat ku?
Baiklah, mungkin beberapa kali kau melihat ku di depan, di belakang, di atas atau mungkin kau melihat ke bawah, bayangan mu bertambah satu bukan?
Jangan lagi kau melihat kearah arah itu.
Kau merasa terganggu?
Kau ingin aku hilang?
Mudah saja, tinggal berbelok saja dari laju jalan mu, seperti yang sudah kau lakukan. Bukankah aku sudah mengatakannya? Saat kau berbelok kala itu?
Aku akan lenyap, jika kau berbelok satu kali lagi.
Kataku dengan pisau yang sudah tertancap setengah di dada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H