Mohon tunggu...
Kanzi Pratama Artananda Naufal
Kanzi Pratama Artananda Naufal Mohon Tunggu... Lainnya - Salam hangat.

Hobby menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komunisme yang Abstrak

24 November 2020   07:00 Diperbarui: 24 November 2020   07:09 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Komunisme merupakan satu hal yang tidak ada habisnya untuk dibahas. Baru-baru ini Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dan Front Pembela Islam (FPI) mengingatkan pemerintah bahaya Komunisme Gaya Baru (KGB). 

Dikutip dari salinan surat terbuka KAMI, anak cucu kaum komunis ternyata sudah menyelusup ke lingkaran-lingkaran legislatif maupun eksekutif. KAMI juga menyatakan bahwa mereka menutup mata terhadap fakta sejarah, bahwa kaum komunis yang lebih dulu membantai para ulama dan santri. 

Selain itu, KAMI pun menyoroti anak cucu PKI yang sudah berani meneriakkan kebanggaan menjadi anak PKI. Diyakini KGB dapat mengupayakan adu domba warga khususnya bagi umat beragama melalui perundungan hingga pembunuhan karakter terhadap lawan politik sesusai dengan cara-cara komunis terdahulu.

Konteks Komunisme Gaya Baru bersifat laten. Pertama dalam memahami bahaya komunis perlu mengidentifikasi dan menganalisis bentuk bahaya komunisme. Akibatnya, ahli dan akademisi mengupayakan penelitian ilmiah dalam mengidentifikasi  bahaya-bahaya neo komunisme. Walaupun begitu, penelitian ilmiah tentu dapat dimanipulasi oleh golongan tersebut. 

Untuk sebagian kalangan memandang bahaya komunisme sebagai lagu lama bahkan menganggap bahaya laten komunisme sebagai hal yang berlebihan. Hai ini didasari oleh ketiadaan bukti yang kuat mengenai kebangkitan komunis maupun neo komunisme. 

Di masa kini hanya terdapat bukti-bukti peninggalan komunis di beberapa wilayah di Indonesia seperti Monumen Pancasila Sakti, Museum Kresek Madiun serta Patung Letda Bandar Betsy di Sumatera Utara. Berangkat dari keresahan ini muncul spekulasi di masyarakat benarkah bahaya komunis itu tidak ada? Pertanyaan terbesar apakah tidak ada yang percaya dengan bahaya laten komunisme itu? 

Pertanyaan-pertanyaan itu disasari atas kekhawatiran akan adanya bahaya laten komunisme. Namun dapat pula dikatakan keliru,  bila dikatakan komunisme dan isme-isme berbahaya lain tidak mampu bangkit. 

Kebangkitan komunisme sesuai dengan sejarah ideologi Marxisme-Komunisme dimulai oleh intelektual kelas menengah, anak-anak kaum bangsawan dan hartawan. Kenyataannya kebangkitan Marxisme

Komunisme  dikembangkan oleh kelompok anti-komunisme yang berlebihan. Marxisme dan Komunisme dapat menjadi daya tarik apabila pemerintah dengan mudah melakukan tindakan represif terhadap rakyat jelata yang serig di asosiasikan dengan PKI atau pro Marxisme. 

Komunisme di Eropa Timur sejatinya hancur akibat diizinkannya komunis untuk berkembang. Runtuhnya komunisme di Eropa Timur menggambarkan krisis lembaga negara dan otoritarismenya serta bangkitnya kesadaran demokrasi di masyarakat sipil. 

Walaupun telah dilakukan pembersihan pasca Peristiwa G30S/PKI, namun patut diwaspadai tumbuhnya individu atau kelompok yang mengarah pada arus komunis. 

Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan RI terus menggencarkan bahaya laten komunis dengan kegiatan-kegiatan formal baik kepada anggota TNI maupun masyarakat sipil dengan harapan agar tidak ada celah sedikit pun bagi komunis untuk bangkit dan mengubah ideologi bangsa Indonesia seperti masa lampau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun