Mohon tunggu...
Kanzi Pratama A.N
Kanzi Pratama A.N Mohon Tunggu... Lainnya - Salam hangat.

Jadikan membaca dan menulis sebagai budaya kaum intelektual dalam berpikir dan bertindak!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Internet itu Menyenangkan

11 November 2020   19:43 Diperbarui: 11 November 2020   19:53 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini generasi natif teknologi yaitu, generasi milenial dan Z mustahil memisahkan diri dengan teknologi. Generasi ini lahir dan besar bersama teknologi yan berkembang dengan pesat. smartphone, tablet, komputer, laptop dan internet menjadi "teman" sehari-hari. Seorang bayi yang baru saja lahir pun dapat memiliki media sosial melalui orangtuanya. 

Akibatnya aturan mengenai batasan usia untuk mengatur penggunaan media sosial sering dilanggar. Bayangkan anak SD dan SMP sudah ahli memposting foto-foto terbaiknya di sosial media seperti Instagram atau anak-anak yang sudah eksis di depan kamera untuk pembuatan video YouTube. Tentu hal ini merupakan kemajuan yang luar untuk perkembangan generasi abad ke-21 ini. Namun, dampak negatif atas perkembangan teknologi ini juga berdampak signifikan dengan kemunculan penipuan, penculikan, cyberbullying, phising, pornografi dan lain-lain.

Orangtua dalam Dunia Media Sosial Anak

Peran orangtua dalam kehidupan sosial media anak sangatlah vital. Seyogyanya orangtua mau dan bersedia mengawasi gerak anak dalam media sosial dengan mengenal lingkungan bermain anak di media sosial. Orangtua dapat pula membuat aturan mengenai durasi penggunaan media sosial dan situs-situs apa saja yang tidak diizinkan dengan melakukan diskusi bersama anak konsekuensi-konsekuensi apa yang akan diterimanya. 

Dalam menjaga keamanan anak dalam berselancar perlu diingatkan bahwa informasi-informasi yang bersifat prtibadi sangat dilarang untuk diumbar ke media sosial seperti nama lengkap, alamat rumah, nama orangtua, nomor telepon serta menghindari bertemu tatap muka dengan orang yang baru dikenal melalui media sosial. Dalam berselancar di dunia maya orangtua juga dapat mengatur atau menyaring situs-situs apa yang boleh atau tidak dibuka oleh anak-anak. Walaupun begitu, orangtua harus memiliki pengetahuan yang lebih banyak mengenai dunia internet dibandingkan anak-anak.

Tantangan Internet bagi Orangtua

Berkembangnya teknologi menyebabkan teknologi menjadi kebutuhan wajib bagi setiap keluarga. Tingginya keinginan dan kemudahan mengakses internet merupakan tantangan bagi orangtua dalam menjalankan kegiatan pengawasan anak di media sosial. Ada baiknya orangtua ikut berselancar bersama anak baik di internet ataupun media sosial. Untuk itu orangtua mampu mengenali ciri pengenalan internet kepada anak sebagai berikut:

  • Usia 2-4 tahun

Di usia ini peran orangtua sangat penting. Berinternet bersama orangtua merupakan tindakan yang paling baik. Berinternet bersama orangtua juga dapat meningkatkan ikatan emosional anak dengan orangtua. Memasuki usia tiga tahun, anak sudah memiliki kebebasan bereksplorasi dan memahami kelalaiannya. Di masa ini orangtua harus mampu menjelaskan aktivitas yang diperbolehkan dalam internet atau dapat secara langsung memilih situs-situs yang cocok untuk anak- anak.

  • Usia 4-7 tahun

Anak mulai berlekplorasi mandiri. Usia ini orangtua wajib memberi batasan- batasan yang jelas. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain menyediakan browser/search engine khusus untuk anak-anak untuk menghindari situs-situs yang tidak diinginkan. Dengan begitu, anak akan memperoleh pengalaman positif dalam eksplorasinya.

  • Usia 7-10 tahun

Anak berusaha mencari informasi diluar lingkup keluarganya. Faktor lingkungan anak seperti dengan siapa Ia berteman dan bagaimana kualitas lingkungannya sangat memengaruhi. Walaupun demikian, orangtua harus tetap mendorong anak untuk bereksplorasi dengan pengawasan dari orangtua. Saat ini pula orangtua memberi pemahaman kepada anak bahwa apa yang Ia lihat di internet belum tentu bermanfaat dan benar.

  • Usia 10-12 tahun

Ini adalah masa pra-remaja. Saat ini pula anak sudah memiliki pengalaman berinternet dan membutuhkan kebebasan. Orangtua di masa ini lebih baik mendorong pemberian kebebasan namun dengan batasan penggunaan internet dan mengajak anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan fisik. Ketika anak memasuki umur 12 tahun, secara tidak langsung nalar dan kemampuan mereka mulai terasah karena nilai dan norma yang dianut kelompok pergaulannya.

  • Usia 12-14 tahun

Pada saat ini anak mulai aktif dengan media sosialnya. Aplikasi chatting dan aplikasi media sosial lain ikut marak. Peran orangtua dalam mengingatkan anak untuk tidak memberi data pribadi seperti bertukar foto atau bertemu secara tatap muka sangat diperlukan. Selain itu, orangtua perlu menguatkan nilai dan norma dalam keluarganya serta keterbukaan dan kepercayaan orangtua kepada anak ataupun sebaliknya.

  • Usia 14-17 tahun

Usia ini merupakan periode paling menantang dalam kehidupan remaja maupun bagi orangtua. Timbulnya ciri-ciri fisik oleh remaja juga diikuti perkembangan emosi dan intelektualnya. Anak mulai berusaha mencari celah kebebasan dari orangtua. Sedangkan ikatan,nilai, norma dan pengawasan orangtua sudah mulai menurun. 

Efeknya, remaja sering melakukan hal-hal yang sangat berisiko seperti bertemu dengan orang asing dengan segala risiko yang tidak disadari. Jika dikemudian hari terjadi hal yang buruk, orangtua harus mampu menyelesaikan secara sportif dan mengingatkan anak untuk tidak mengulanginya kembali. Perlu diingat dengan bertambahnya umur anak, maka akan muncul yang disebut dengan kedewasaan. Ditandai dengan munculnya rasa tanggungjawab yang akan menjadi salah satu prinsip hidup anak.

Media Sosial adalah Candu

Aktif di media sosial bukanlah hal yang buruk, namun jika sudah digunakan secara berlebihan maka media sosial merupakan masalah. Pada fungsinya media sosial adalah tempat berbagi hal-hal positif. Berjalannya waktu media sosial menjadi "teman sejati", tentu akan menimbilkan efek laiaknya orang kecanduan. Gejala-gejala       yang       ditunjukkan       cukup       beragam       seperti:   Setelah bangun tidur berusaha meraih gadget dalam situasi apapun.

  • Dalam hitungan detik secara kontinyu memeriksa dan membuka gadget.
  • Mulai melanggar aturan-aturan jam belajar, artinya tidak mampu mengatur waktu bermain dan belajar dengan baik.
  • Panik, resah dan galau jika tidak dapat membuka gadget atau jam penggunaannya diatur ketat.
  • Tidak tertarik dengan kegiatan diluar rumah misalnya hanya untuk mencari udara segar diluar.
  • Melakukan swafoto setiap detik dan mengunggah status setiap menit.
  • Emosi berlebihan saat terjadi kendala dalam berinternet.
  • Selalu membicarakan foto atau video apa yang ingin diunggah dan berapa banyak jumlah like dala setiap unggahannya.
  • Mengidolakan influencer secara berlebihan.
  • Penurunan prestasi belajar dan lebih suka menutup diri.

Preventif Sebagai Perisai Diri

Mudahnya individu dalam upaya meningktakan eksistensi diri menyebabkan masyarakat khususnya remaja berbondong-bondong mengunggah foto atau video dirinya di media sosial. Tentu ada aturan-aturan yang musti dipahami sebagai upaya melindungi diri sendiri. Tindakan-tindakan tersebut antara lain:

  • Menghindari Pose Vulgar

Pose-pose vulgar atau berlebihan sebaiknya dihindari untuk diunggah ke media sosial karena sangat berpotensi untuk disalahgunakan.

  • Perhatikan Lingkungan Sebelum Berpose

Sudah banyak kejadian dimana selife yang harusnya menyenangkan malah menjadi petaka. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian atas lingkungan dalam mengambil foto maupun video.

  • Ketahui Siapa Saja Pengikutmu

Ketika sebuah foto atau video telah diunggah ke media sosial maka siapa saja berhak melihat dan menyimpannya. Dan lagi-lagi unggahan tersebut berpotensi merugikan orang lain dengan tindak kriminal.

  • Unggahanmu Sulit Dihilangkan

Walaupun unggahanmu telah terhapus di media sosial pribadimu. Namun orang-orang yang tidak bertanggungjawab akan terlebih dahulu menyimpan unggahanmu kemudian menggunggahnya ulang untuk tujuan buruk.

  • Foto Anak Dibawah Umur Rentan Penculikan

Pengunggahan foto atau video anak kecil lebih baik dihindari karena unggahan mengenai anak kecil sangat rentan terhadap penculikan anak dan human traffcking, sehingga unggahan tersebut perlu dicermati berulang kali untuk menghindari kejadian-kejadian buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun