(Ki Hajar Dewantara)I
Selain itu, seorag guru pada proses pembelajaran selain menjadi coach pada setiap diri siswa hingga meraka mampu menggali potensianya sehingga dapat  menyelesaiakan masalahnya sendiri sesuai dengan karakteristik unik yang terdapat pada setiap individu siswa dan kebutuhanya, pada proses pembelajaran guru harus mempu mengolah sosial emosional pada setiap siswa sehingga segala potensi siswa  dapat berkembang secara maksimal dan setiap murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan kemampuannnya sendiri.
Tujuan pada Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) yang dilakukan oleh guru untuk dalam proses pembelajaran yang menuntun siswa dalam menggali potensinya, yakni dengan  menciptakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri),merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial),membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi) dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran?
Peran seorang guru salah satunya mengambil posisi yang sangat penting dalam proses pembelajaran yaitu, sebagai pemimpin pembelajaran. Pemimpin Pembelajaran dan Kepala Sekolah (disebut sebagai coach) dan Rekan Sejawat (disebut sebagai coachee).
Keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi diri sebagai seorang pemimpin pembelajar adalah sangat berkaitan atau berhubungan erat. Dalam keterampilan coaching yang diawali dengan paradigma berpikir coaching, prinsip-prinsip dalam melakukan coaching, dan pelaksanaan coaching yang mengunakan alur TIRTA semua bertujuan untuk memberdayakan. Hal ini sesuai dengan konsep coaching yakni sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatanatas performa kerja, hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi dirinya maka keterampilan coaching sangat perlu untuk dimiliki oleh setiap guru, dan mengacu pada empat paradigma berpikir coaching,yaitu :
- Fokus pada Coachee adalah proses pada saat kita mengembangkan kompetensi rekan sejawat kita, kita memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi" yang dibawanya dalam percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka.
- Bersikap Terbuka dan Ingin Tahu adalah bersifat terbuka dan ingin tahu. Kita perlu berpikiran terbuka terhadap pemikiran-pemikiran rekan sejawat yang kita kembangkan.
- Memiliki Kesadaran Diri yang Kuat adalah memiliki kesadaran diri yang kuat. Kesadaran diri yang kuat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat.
- Mampu Melihat Peluang Baru dan Masa Depan artinya sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu melihat peluang baru dan masa depan. Kita harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa rekan kita melihat masa depan.
Sedangkan prinsip-prinsip pada coaching dalam mengembangkan kompetensi sebagai seorang pemimpin pembelajaran perlu diterapkan sehingga coaching yang dilakukan akan semakin memberdayakan. Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi".
TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Model Grow selanjutnya diadopsi dalam bentuk alur percakapan coaching TIRTA yakni menetapkan Tujuan dari percakapan, Identifikasi dengan menggali hal yang sedang dibicarakan, Rencana Aksi yakni merencakan yang harus dilakukan dari percakapan yang dilakukan, dan Tanggung jawab atau komitmen dari hasil perckapan yang dilakukan. Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan yang bijaksana dalam menyelesaikan permaslahan sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H