Mohon tunggu...
Kantina Febriyanti
Kantina Febriyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi merajut dan meronce

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Rahasia Homeostatis pada Unta di Bawah Terik Gurun

31 Desember 2023   11:27 Diperbarui: 31 Desember 2023   11:28 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali tak terlalu memikirkan betapa hebatnya kemampuan tubuh hewan untuk menjaga keseimbangan internalnya. Nah, unta adalah salah satu contoh yang menarik! Unggul dalam kemampuan homeostasis, unta memiliki cara unik untuk menjaga keseimbangan dalam tubuh mereka.

Menurut Walter Cannon, seorang ahli ilmu fisiologi dari Amerika Serikat, tubuh melakukan upaya luar biasa untuk menjaga keadaan lingkungan dalam batas yang stabil, yang disebut sebagai homeostasis. Konsep ini berasal dari bahasa Yunani, di mana "homeo" berarti sama dan "stasis" berarti mempertahankan keadaan. Jadi, homeostasis dapat diartikan sebagai usaha tubuh untuk menjaga kondisi internalnya agar tetap serupa atau stabil (Isnawan, M. R., & Ma'sum, M. A. 2020). Bagi unta, hidup di padang pasir yang seringkali keras dan penuh tantangan membuat mereka harus pintar-pintar menjaga keseimbangan suhu tubuh. Dalam kondisi panas, mereka mampu menyesuaikan suhu tubuh dengan cara mengurangi aktivitas fisik atau mengeluarkan panas melalui keringat yang minimal.

Salah  satu lingkungan yang menantang adalah gurun, dengan karakteristik seperti curah hujan rendah, suhu ekstrem, tanah berpasir dan berbatu, serta vegetasi yang terbatas. Adaptasi terjadi pada hewan dan tumbuhan di gurun, termasuk pada unta. Hewan-hewan gurun menghadapi variasi suhu yang signifikan, di mana siang hari sangat panas dan malam hari sangat dingin. Untuk mengatasi stres panas, hewan gurun tidak menghadapinya secara terus-menerus. Ini membuat mereka dapat bertahan melalui perubahan perilaku. Menurut Isnaeni, W (2019)  Permasalahan termoregulasi pada hewan gurun terbagi menjadi tiga kategori:

a. Menyesuaikan batas suhu selama menjaga kontrol homeostatik.

b. Menggunakan cara termoregulasi melalui perubahan perilaku.

c. Mengembangkan struktur dan adaptasi khusus.

Unta, sebagai hewan yang beradaptasi dengan lingkungan gurun yang panas, menunjukkan mekanisme adaptasi fisiologis khusus untuk bertahan dalam kondisi tersebut. Salah satu kemampuan adaptasi utama unta adalah kemampuannya untuk berjalan jarak jauh tanpa minum air selama berhari-hari. Meskipun tidak memiliki tempat khusus untuk menyimpan air di tubuhnya, unta tetap dapat mentolerir suhu lingkungan yang tinggi. Saat unta tidak memiliki akses ke sumber air, suhu dalam tubuhnya dapat mencapai 40C pada siang hari. Namun, ketika unta berhasil mendapatkan air untuk diminum, suhu dalam tubuhnya turun menjadi sekitar 34C. Perubahan suhu ini bertujuan untuk mempertahankan kandungan air dengan menyimpan panas selama siang hari. Unta juga memiliki cara unik untuk memperoleh air selain dari minum langsung. Mereka memperoleh air melalui oksidasi lemak di punuknya. Sebagai contoh, unta dengan lemak seberat 100 pound dapat menghasilkan sekitar 110 pound air, setara dengan sekitar 13 galon air. Meskipun demikian, produksi air dari oksidasi tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah air yang hilang melalui pernapasan.

Pada musim panas di gurun dengan suhu mencapai 65C atau lebih, suhu tubuh unta juga akan meningkat. Untuk mengatasi hal ini, unta dapat berkeringat untuk mendinginkan tubuhnya. Namun, ketika unta tidak dapat mentoleransi perubahan suhu tubuhnya, proses berkeringat yang terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi lambat. Oleh karena itu, kemampuan unta untuk mengatur suhu tubuhnya menjadi kunci dalam bertahan hidup di lingkungan gurun yang keras. Hilangnya air dari tubuh unta tidak menyebabkan penurunan volume darah yang signifikan. Sebagai contoh, jika unta mengalami kehilangan air sebanyak 50 liter, volume darahnya hanya akan berkurang sekitar 1 liter. Efisiensi ginjal unta juga menjadi salah satu faktor kunci dalam menjaga keseimbangan cairan. Saat unta mengonsumsi makanan kering, produksi urinnya turun secara drastis, mencapai hanya sekitar 500 ml per hari. Selain itu, ginjal unta dapat meminimalkan pelepasan urea melalui urin, meskipun makanannya kaya protein. Meski begitu, cara kerja mekanisme ini masih belum sepenuhnya dipahami secara pasti.

Dengan semua kemampuan adaptasi ini, unta memberikan inspirasi bagi kita untuk lebih menghargai keberadaan sistem homeostasis dalam tubuh hewan. Melalui keseimbangan yang luar biasa ini, unta mampu bertahan hidup dan beradaptasi di lingkungan yang penuh tantangan. Sebuah pelajaran berharga tentang kehebatan dan kecerdasan alam.

DAFTAR PUSTAKA 

Isnawan, M. R., & Ma'sum, M. A. (2020). PEMANFAATAN SUFI HEALING PADA ERA NEW NORMAL PANDEMI COVID-19 UNTUK 

      MENJAGA KONDISI HOMEOSTASIS TUBUH MASYARAKAT DI DESA SENDANG. IJOIS: Indonesian Journal of Islamic Studies, 1(01), 

      77-94.

Isnaeni, W. (2019). Fisiologi Hewan (Edisi Revisi). Yogyakarta: PT Kanisius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun