Mohon tunggu...
agil kantana
agil kantana Mohon Tunggu... -

anak kampung, so crazy.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Apatis

31 Maret 2011   00:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13015304671453874364

[caption id="attachment_98659" align="alignleft" width="302" caption="sahabat kecilku"][/caption]

Ada yang hilang dari pikiranku tentang kenangan semasa kecil sewaktu aku masih duduk di sekolah dasar, lama setelah aku tinggalkan kampungku mengikuti jejak orang tua merantau ke pulau seberang, 17 tahun sudah kini aku berada di daerah Timur Indonesia, saat aku menulis catatan kecil ini sama sekali aku belum pernah berkunjung ke kampung halaman di daerah Jawa Tengah,  tempat dimana aku di lahirkan, tempat disana aku dibesarkan dan bermain dengan sahabat-sahabat kecil yang masih lugu nan menggemaskan. itulah namanya anak kecil dalam masa pertumbuhan dengan kelucuan dan kenakalan yang di buatnya.

Sampailah aku di Timur indonesia begitu banyak hal baru, tempat baru, teman baru dan cuaca yang masih asing perlu adanya adaptasi tingkat tinggi, Rasanya menemukan teman baru belum terbiasa bagiku karena waktu itu aku masih teringat dengan kampung halaman, tidak terima meninggalkan sahabat kecilku.

Lambat laun akupun mulai menikmati dan semakin terbiasa dengan kondisi daerah yang masih asli hutan "( betapa damainya hidup dengan hijaunya hutan indonesia )", Aku yang dulu kecil menjadi seorang anak remaja yang nurut (jawa), tapi gimana dengan sekolahku? mulailah aku berontak kepada orang tua dengan semua keadaan yang semuanya diawali dari 0 (nol). Kenapa harus dengan keadaan sekolah yang semuanya serba darurat. menyedihkan memang, sekolah sebuah rumah kosong yang berdindingkan papan, berlantaikan tanah sungguh aslinya alam indonesia "( dalam hati tetap senang )". Aku jadi anak yang buta informasi, otakku nge-blank, sempit pengetahuanku, ruang belajarku sempat terabaikan, tempat bermain pun tak tersedia. pokoknya tak banyak yang aku dapatkan selain pergi kedalam hutan dengan segerombolan teman sebayaku, bahagianya kami menemukan sungai yang belum tercemar oleh polusi apapun, sangat menyengat memang bau keaslian dari hutan, kenapa aku jadi suka sama yang namanya alam? Itulah yang tak bisa aku pungkiri "I Love Indonesia". sekarangpun masih tetap jalani aktifitas seperti ini terkadang aku pergi dengan membawa amarah dan kubayar dengan damainya hutan. Hahaha..

Dengan kondisi seperti itu seakan aku lupa dengan sahabat-sahabat kecil ku, mungkin dikampung halaman mereka lebih beruntung dengan segalanya yang serba ada, rasa nyaman mereka belajar mencari info tentang perkembangan dunia pendidikan dan dunia hiburan. Aku telah berubah kawan, kini aku bukan apa-apa, mlompong mlongo bodohnya nya aku tidak bisa berkarya. Sebagai anak tentunya aku hanya bisa berbuat yang terbaik untuk keluarga..

Dari seorang remaja kini aku menjadi anak yang dewasa, tak tau pasti apakah aku sudah dewasa? Sekedar biodata aku adalah anak terakhir dari 5 bersaudara, banyak orang bilang anak bungsu itu manja, tidur masih dalam pelukan mama "ahh..malu lah mendengar itu". Aku yang mencoba mendewasakan diri berusaha menjadi dewasa. Memahami diri sendiri dan orang lain.

Memori dalam otakku kini mulai mengingatkan aku tentang semua kenangan bersama sahabat kecil dulu. Aku ingat seseorang, panggil saja namanya BAROKAH dia adalah teman SD, aku masih ingat dulu sepulang sekolah sering aku ajak kerumah untuk sekedar makan siang bersama, selepas itu aku antar dia pulang kerumahnya, nyaman sekali aku berada dirumahnya sering aku disuguhi minum pake teko yang terbuat dari tanah liat lupa apa namanya hehehe... dingin sekali airnya. Berrrrr.... Cuma hanya ada barokah yang membuatku semangat belajar, dia pintar, tak sombong dan apa adanya low profile itulah dia, hanya dia yang berbagi pengetahuan dan PR sekalipun xixixixi... ada rasa kangen yang membuatku tak betah berada di Indonesia Timur,, rindu sahabat kecilku dulu si Barokah itu. Mungkinkah aku bisa bertemu lagi? Tunggu aku dikampungmu. aku pasti kembali.

Hingga akhirnya kudapatkan informasi lewat Facebook banyak aku betemu dengan teman SD, beruntungnya aku bisa bercerita lepas dan bercanda, setelah saling tukar nomer ponsel. kucoba singgung Si "Barokah, gimana dia kabarnya, Sudah besar pastinya?" tanyaku. "Barokah sudah lama meninggal gil" jawab temanku di telpon. Kaget lah aku, sempat  diam beberapa detik "innalillahi wainnalillahi roji'un" lemah tak bergairah. "Ok makasih infonya ya?" ku akhiri telpon dari temanku..

Rasa ini semakin tak percaya kalau sahabatku telah tiada, aku telah kehilangan belum sempat aku bertemu, apa yang aku harapkan akan berkunjung kerumahnya, menjadi mimpi yang sia-sia. Ma'afkan aku sahabat, aku yang sempat melupakan mu, jarak membuat kita terpisah, berpisah karena keadaan, selamat tinggal sahabat ku, tak mudah ungkapkan dengan hati saat senyum dan bahagiamu  menyatu bersamaku. Betapa berat perpisahan ini, semoga cerita kita dulu menjadi kenangan indah, meski kini hanya aku yang masih bertahan di dunia, andai bayangmu hadir dalam  mimpiku aku mau memelukmu, pelukan ini untuk dirimu, pelukan ini adalah pelukan dari hatiku yang terakhir kali. Tak mungkin aku menyaksikan dirimu lagi, damailah dirimu disana. Semoga Tuhan menyanyangi mu.

*Agil Kantana, 31.maret.2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun