Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

The Ripple Effect of Global Value Chain Disruption on Indonesia's Economy

13 September 2024   19:39 Diperbarui: 13 September 2024   19:44 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Inflation and Purchasing Power

Disrupsi pada rantai pasokan global memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia, terutama melalui jalur inflasi. Ketergantungan Indonesia pada impor untuk berbagai barang kebutuhan pokok, seperti bahan baku industri, komponen elektronik, obat-obatan, dan bahkan makanan, membuat Indonesia rentan terhadap gejolak harga di pasar internasional. Ketika produksi atau distribusi di negara asal terhambat, baik karena bencana alam, konflik geopolitik, atau pandemi, pasokan barang-barang tersebut ke Indonesia menjadi terbatas. Akibatnya, harga barang-barang impor tersebut melambung tinggi dan memicu inflasi, khususnya inflasi yang didorong oleh impor.

Pada tahun 2023, Indonesia mengalami tingkat inflasi rata-rata sebesar 5,5%, melebihi kisaran target bank sentral sebesar 2 - 4%. Lonjakan inflasi ini sebagian disebabkan oleh gangguan pada rantai pasokan global, yang menyebabkan kenaikan harga barang-barang impor seperti gandum, kedelai, dan minyak mentah. Dampak inflasi terutama dirasakan oleh kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, yang mengalokasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk kebutuhan pokok. Kenaikan harga barang-barang impor menyulitkan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, dan perumahan, yang berpotensi menyebabkan penurunan kualitas hidup dan peningkatan angka kemiskinan. Selain itu, inflasi yang tinggi juga dapat menurunkan kepercayaan konsumen dan investor, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi. Untuk mengendalikan inflasi dan melindungi daya beli masyarakat, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah komprehensif. Meningkatkan efisiensi distribusi barang, misalnya dengan meningkatkan infrastruktur logistik dan mengurangi hambatan perdagangan, dapat membantu menurunkan  biaya transportasi dan  mengurangi tekanan pada harga. Selain itu, memperkuat produksi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor juga merupakan strategi yang penting. Diversifikasi sumber pasokan dan pengembangan industri substitusi impor dapat membantu mengurangi kerentanan Indonesia terhadap guncangan harga global.

 

Opportunities for Strengthening the Domestic Economy

Meskipun disrupsi dalam rantai nilai global menimbulkan tantangan, gangguan tersebut juga memberikan peluang yang signifikan bagi Indonesia untuk memperkuat ekonomi domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor. Gangguan-gangguan tersebut telah menyoroti kerentanan Indonesia terhadap fluktuasi harga dan ketersediaan barang impor. Namun, situasi ini juga menciptakan momentum untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan mengembangkan industri substitusi impor yang kuat. Pemerintah memiliki peran penting dalam memanfaatkan peluang ini. Insentif fiskal, seperti pengurangan pajak atau pembebasan bea masuk untuk bahan baku yang digunakan dalam produksi dalam negeri, dapat menstimulasi investasi dan meningkatkan daya saing produk lokal. Insentif non-fiskal, seperti penyederhanaan prosedur perizinan usaha dan penyediaan akses pembiayaan yang lebih mudah, juga akan menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif bagi pertumbuhan industri dalam negeri.

Selain itu, pemerintah perlu mengidentifikasi sektor-sektor strategis yang memiliki potensi substitusi impor yang tinggi, seperti manufaktur, pertanian, dan teknologi. Investasi yang ditargetkan di sektor-sektor ini, dikombinasikan dengan pengembangan infrastruktur pendukung seperti transportasi dan logistik, akan mempercepat pertumbuhan produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor. Pada tahun 2023, sektor manufaktur Indonesia tumbuh sebesar 5,03%, yang mengindikasikan potensi untuk ekspansi lebih lanjut dan substitusi impor. Sektor pertanian, yang mempekerjakan sebagian besar tenaga kerja, juga mengalami pertumbuhan sebesar 3,67%, yang menunjukkan adanya peluang untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor pangan.

Meningkatkan kualitas dan daya saing produk dalam negeri juga merupakan kunci untuk mengurangi ketergantungan impor dan memperluas pasar ekspor. Kebijakan yang mendorong inovasi, penelitian dan pengembangan, serta peningkatan keterampilan tenaga kerja akan membantu menciptakan produk berkualitas tinggi yang dapat bersaing di pasar global. Dengan memanfaatkan peluang yang muncul dari disrupsi dalam rantai nilai global secara optimal, Indonesia dapat mencapai kemandirian ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan. Diversifikasi ekonomi, penguatan industri dalam negeri, dan peningkatan daya saing produk lokal akan membantu Indonesia menghadapi tantangan global dengan lebih tangguh, membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Tabel berikut ini merangkum tantangan dan peluang utama yang dihadirkan oleh runtuhnya GVC bagi perekonomian Indonesia:

Sumber: dokpri
Sumber: dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun