Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

The Ripple Effect of Global Value Chain Disruption on Indonesia's Economy

13 September 2024   19:39 Diperbarui: 13 September 2024   19:44 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri di Indonesia yang sangat bergantung pada bahan baku impor atau berorientasi ekspor, seperti manufaktur, tekstil, dan otomotif, merupakan pilar penting bagi perekonomian nasional. Pada tahun 2023, sektor manufaktur menyumbang sekitar 18% terhadap PDB Indonesia, sementara industri tekstil dan otomotif memainkan peran penting dalam penyerapan tenaga kerja dan pendapatan ekspor. 

Namun, ketergantungan mereka pada GVC membuat mereka sangat rentan terhadap guncangan eksternal. Gangguan pada rantai pasokan global, seperti yang disaksikan selama pandemi COVID-19 atau konflik geopolitik, dapat menyebabkan kelangkaan bahan baku, peningkatan biaya input produksi, dan kesulitan dalam mengirimkan produk jadi ke pasar internasional.

Bagi industri manufaktur, kelangkaan komponen impor dapat menghambat proses produksi dan menyebabkan penundaan dalam memenuhi pesanan. Industri tekstil, yang sangat bergantung pada kapas impor dan bahan baku lainnya, dapat menghadapi kenaikan biaya produksi yang signifikan, sehingga mengurangi daya saing produk mereka di pasar global. 

Pada tahun 2023, Indonesia mengimpor kapas senilai kurang lebih 1,2 USD, yang menyoroti kerentanan sektor ini terhadap gangguan rantai pasokan. Sementara itu, industri otomotif, yang sangat terintegrasi ke dalam GVC, dapat mengalami gangguan produksi yang parah karena kekurangan komponen utama seperti semikonduktor. Kekurangan chip global dalam beberapa tahun terakhir telah berdampak pada produksi otomotif Indonesia, menyebabkan penundaan dan pengurangan produksi.

Keadaan seperti itu dapat memaksa perusahaan-perusahaan di sektor-sektor ini untuk mengambil langkah-langkah efisiensi, seperti mengurangi produksi, merumahkan pekerja, atau bahkan menutup operasi. PHK massal akan meningkatkan tingkat pengangguran, yang mencapai 5,45% pada tahun 2023, menurunkan daya beli konsumen, dan memperlambat pemulihan ekonomi. Lebih jauh lagi, hilangnya pendapatan dan ketidakpastian ekonomi dapat mengancam kesejahteraan penduduk secara luas, berpotensi meningkatkan angka kemiskinan, yang mencapai 9,54% pada tahun 2023, dan memperburuk kesenjangan sosial.

 

Threats to the Investment Climate

Ketidakpastian global dan gangguan yang berkepanjangan pada rantai nilai dapat menciptakan iklim investasi yang tidak menguntungkan di Indonesia. Investor asing, yang selalu mencari stabilitas dan prediktabilitas, cenderung menghindari negara-negara dengan risiko dan ketidakpastian yang tinggi terkait pasokan bahan baku atau pengiriman produk. Ketika GVC terganggu, investor khawatir akan kesulitan mendapatkan bahan baku, menghadapi peningkatan biaya produksi, dan menghadapi hambatan dalam mendistribusikan produk ke pasar internasional. 

Jika Penanaman Modal Asing (PMA) menurun karena situasi ini, dampaknya akan merembet ke berbagai aspek ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi dapat melambat karena berkurangnya modal untuk ekspansi bisnis, pengembangan teknologi baru, dan pembangunan infrastruktur yang mendukung kegiatan ekonomi. 

Selain itu, penurunan FDI juga dapat menghambat penciptaan lapangan kerja baru yang sangat dibutuhkan untuk menyerap tenaga kerja yang terus bertambah. Alih teknologi dari perusahaan asing yang berperan penting dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing industri dalam negeri juga akan terhambat.

Bukti dari dampak ini dapat dilihat pada angka FDI Indonesia untuk tahun 2023. Meskipun Indonesia berhasil menarik PMA sebesar 45,6 miliar USD, angka ini menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, beberapa sektor yang sangat bergantung pada GVC, seperti manufaktur dan otomotif, mengalami penurunan arus masuk PMA. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan pada rantai pasokan global memang mempengaruhi kepercayaan investor dan menghambat investasi di sektor-sektor utama ekonomi Indonesia. Untuk mengatasi tantangan ini dan menarik investasi asing yang berkelanjutan dan berkualitas tinggi, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah proaktif. Memperbaiki iklim investasi adalah kuncinya, termasuk memberikan kepastian hukum yang kuat, mengurangi hambatan birokrasi, dan mengembangkan infrastruktur yang memadai. Selain itu, penting juga untuk mempromosikan potensi pasar domestik yang besar dan ketersediaan tenaga kerja terampil sebagai daya tarik bagi investor asing. Dengan menciptakan lingkungan yang kondusif dan menawarkan insentif yang menarik, Indonesia dapat tetap menjadi tujuan investasi yang menarik di tengah tantangan global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun