“I saw my life branching out before me like the green fig tree in the story…. I wanted each and every one of them, but choosing one meant losing all the rest,” – Sylvia Plath, The Bell Jar
Berjuta kemungkinan akan kehidupan yang dapat kita jalani. Satu keputusan, mengarah kepada keputusan yang lain, hingga kehidupan berjalan dalam satu semesta di antara multisemesta kemungkinan lainnya yang tidak terbatas.
Banyak versi dari diri yang ingin diraih, untuk menjadi seorang pelukis, manajer dalam perusahaan bergengsi, hingga menjadi seorang musisi.
Namun, seperti apa yang dikatakan oleh ekonomi, kita harus memilih bagaimana memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas. Sayangnya, waktu dan tenaga adalah suatu sumber daya yang tidak bisa ditambah ataupun dibuat kembali.
“Follow your passion” adalah slogan yang sering digunakan untuk mendorong seorang individu agar memilih karier sesuai minat yang mampu membuat hidup mereka lebih bermakna. Minat memang memainkan peran yang besar dalam pemilihan karier (Caldera et al., 2003).
Meski begitu, Marathe & Wagani (2022) mengakui tidak hanya aspirasi seorang individu saja, tetapi faktor eksternal seperti budaya, gender, dan kondisi sosio-ekonomi juga turut memengaruhi karier yang pada akhirnya akan dipilih.
Marathe & Wagani (2022) juga menemukan bahwa ketika memilih karier, minat seringkali dikesampingkan karena adanya persepsi ketidakstabilan, ketidakamanan, dan ketidakpastian dalam karier yang tidak biasa.
Pada akhirnya, seringkali jalur konvensional-lah yang menjadi jalan keluarnya. Lantas, mengapa hal tersebut terjadi jika ditinjau dari perspektif ekonomi?
Masa Depan adalah Milik Anda (dan Orang Tua)