Extractive political institution ini lah kemudian menyebabkan munculnya sebuah lingkaran setan atau yang disebut sebagai “vicious circle”, suatu keadaan ketika negara dengan institusi politik yang ekstraktif akan mengalami stagnasi yang disebabkan oleh adanya praktik kapitalisme kroni. Hal ini disebabkan sangat kecilnya insentif bagi perusahaan untuk berinvestasi di negara yang memiliki institusi politik yang ekstraktif karena jauh lebih mudah bagi perusahaan tersebut untuk mendapatkan porsi kue perekonomian yang lebih besar melalui pengaruh politik ketimbang berinvestasi. Implikasi hal tersebut pada perekonomian adalah pertumbuhan ekonomi menjadi tidak berkelanjutan akibat penurunan total produktivitas di negara tersebut (Acemoglu & Robinson, 2012).
Mengubah Institusi Politik yang “Extractive” Menjadi “Inclusive”
Melihat hal ini, idealnya perlu ada perubahan kualitas institusi politik Indonesia dari yang awalnya ekstratif menjadi “inclusive political institution” demi memecah terjadinya lingkaran setan. Sumber daya perekonomian sebuah negara dengan institusi politik yang inklusif tidak lagi dikuasai oleh para elite saja, tapi dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat melalui pertumbuhan ekonomi yang dapat dirasakan setiap individu. Kualitas institusi politik yang inklusif ini dapat dicapai dengan beberapa hal: (1) adanya keseriusan pemerintah dalam memberhentikan pemberian kemudahan kepada perusahaan tambang untuk terus mengekstraksi kekayaan alam kita, (2) adanya langkah konkret yang diambil oleh pemerintah untuk melakukan proses industrialisasi yang lebih sesuai agar meningkatkan nilai tambah aktivitas produksi demi menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
Beberapa hal ini merupakan langkah yang wajib diambil oleh para pemangku kepentingan demi menciptakan negeri yang “baldatun toyyibatun warobbun ghofur” -QS Saba Ayat 15: sebuah negeri yang “damai, adil, makmur, dan sejahtera”.
Reyhan Muhammad Hatta | Ilmu Ekonomi 2023 | Staf Divisi Kajian Kanopi FEB UI 2024/2025
Referensi:
Acemoglu, D., & Robinson, J. A. (2012). Why nations fail: The Origins of Power, Prosperity and Poverty. Profile Books.
Anwar, M. C. (2021, June 11). Intip Sederet Harta Karun di Tambang Emas Sangihe. KOMPAS.com. https://money.kompas.com/read/2021/06/11/105107126/intip-sederet-harta-karun-di-tambang-emas-sangihe
Greenpeace, ICW, JATAM, & Auriga. (2018). . Coalruption: Shedding Light on Political Corruption in Indonesia’s Coal Mining Sector. Greenpeace.org. https://www.greenpeace.org/static/planet4-indonesia-stateless/2018/12/727d7a2d-coalruption-english-web.pdf
Gunawan, A. (2019, October 20). Pak Jokowi, kita mau praktikkan crony capitalism lagi? CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/opini/20191020182902-14-108537/pak-jokowi-kita-mau-praktikkan-crony-capitalism-lagi
Irham, M. (2024, March 7). Tambang emas ilegal di Pulau Sangihe “makin masif beroperasi” - ‘Air laut dulunya jernih, sekarang keruh.’ BBC News Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/articles/cg349r01p7qo