Koridor Sempit dan Munculnya Leviathan
Kulminasi dari permasalahan etis dan juga perilaku rent seeking ini dikhawatirkan dapat menciptakan sebuah oligarki dari pejabat dan juga konglomerat. Masyarakat Indonesia mungkin akan lebih mengenal sosok dari 9 naga yang konon memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pasar secara drastis dan bekerja dengan sekongkolan pejabat-pejabat tinggi tertentu. Sebuah artikel oleh Eva Warburton dari Australian National University juga mencatat bahwa periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo telah menempatkan berbagai pengusaha pada kabinet pemerintahan, memperkuat pengaruh sektor swasta dalam pembuatan kebijakan.
Thomas Hobbes, seorang filsuf dari Inggris menggambarkan pembagian kekuatan dari masyarakat dan pemerintah ibarat sebuah naga atau leviathan yang dapat dikontrol. Negara-negara yang memiliki kuasa lebih pada pemerintah digambarkan sebagai Despotic Leviathan, seekor naga yang memiliki kendali yang absolut pada masyarakatnya. Sebaliknya, sebuah negara yang tidak berpemerintah cenderung jatuh ke dalam peperangan, disebut sebagai Absent Leviathan.
Tugas utama Indonesia sekarang adalah menjalankan koridor sempit yang berada diantara kedua sisi tersebut, menciptakan yang dinamakan Shackled Leviathan, memberikan kesetaraan antara pemerintah dan juga masyarakat serta menjaminkan kemakmuran. Masalahnya, konglomerat yang predatori merupakan hambatan utama dari terciptanya sebuah shackled leviathan (Acemoglu & Robinson, 2019). Buku The Narrow Corridor: States, Societies, and the Fate of Liberty menyatakan bagaimana para konglomerat dapat memanfaatkan ketiadaan pemerintahan yang kuat untuk memperkaya diri sendiri dengan mengorbankan masyarakat, atau menggunakan kekuasaan pemerintah yang berlebih untuk meneka perbedaan pendapat dan mempertahankan posisi kekuasaan mereka.Â
Gerak-gerik yang dilihat pada berbagai raksasa korporasi Indonesia cenderung menunjuk kepada pola-pola yang tersebut seiring waktu berjalan. Hal-hal seperti menjadinya PIK 2 sebagai PSN menjadi langkah-langkah awal dalam konsolidasi kuasa yang dapat menciptakan polarisasi demi keuntungan tersendiri. Jangan sampai kita terjebak dalam lobang oligarki seperti yang sedang menelan Amerika Serikat dengan hidup-hidup.
Untuk Indonesia, Untuk Masa Depan
Lantas pertanyaannya sekarang bagi pemerintah adalah apa langkah selanjutnya? Apa saja cara-caranya untuk memastikan Indonesia tidak dimakan oleh oligarki melalui ekspansi konglomerat? Secara objektif keuntungan yang didapatkan jauh melebihi resiko yang masih terlihat jauh di mata, tetapi apakah Indonesia akan digagalkan dalam upaya mengekang sang leviathan? Demi merealisasikan shackled leviathan diperlukan sistem check and balances yang mencegah suatu kelompok memperoleh terlalu banyak kekuasaan. Pendidikan juga diperlukan, terutama pada masyarakat Indonesia yang masih tergolong terbelakang dalam pendidikan dan kesadaran tentang potensi penguasaan politik. Namun melihat bagaimana pemerintah terlihat lebih mendukung para konglomerat yang mendanai proyek-proyek negara, akan sulit untuk membentangkan jalan dalam keseimbangan kekuasaan.
References:
Acemoglu, D., & Robinson, J. A. (2019). The narrow corridor: How nations struggle for liberty. Penguin UK.
Observasi Lapangan Primer yang dilakukan pada 19 April 2024
Financial Times. (2018). @FinancialTimes. The Narrow Corridor — the fine line between despotism and anarchy
Warburton, E. (2024). Private power and public Office: The rise of business politicians in Indonesia. Critical Asian Studies, 1–23. https://doi.org/10.1080/14672715.2024.2334069