Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PIK: Pantai Indah Konglomerat?

26 April 2024   18:37 Diperbarui: 26 April 2024   20:13 2229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“The essence of government is power; and power, lodged as it must be in human hands, will ever be liable to abuse.”  - James Madison

Di kala hari seperti ini, siapa yang tidak kenal dengan PIK 2? Kawasan elit dengan tempat wisata yang selalu viral di media sosial dan ramai akan pengunjung dari seluruh penjuru Jabodetabek. Dengan pantainya yang luas, serta restoran hits yang selalu menjadi kunjungan orang banyak, tempat yang dulunya hanya sekadar rawa-rawa sekarang sudah menjadi salah satu hotspot bagi perekonomian di D.K.I Jakarta. Dipelopori oleh Agung Sedayu Group sebagai developer utama, PIK telah memberikan kontribusi signifikan dalam pembangunan daerah tersebut. Tentunya, semua kemewahan yang dapat dirasakan berasal dari kepintaran sang dalang, yaitu Sugianto Kusuma, atau lebih dikenal dalam kalangan warga sekitar sebagai Aguan.

Pemukiman Pantai Indah Kapuk berdiri pada lahan sebesar 1160 hektar yang dibagi menjadi 2 bagian utama, PIK 1 dan PIK 2. PIK 1 dikembangkan sejak tahun 1992, mencakup sebagian dari Kabupaten Penjaringan, Jakarta Utara, Cengkareng, Jakarta Barat serta kedua pulau reklamasi yaitu Golf Island dan Ebony Island. Sedangkan PIK 2, merupakan proyek ekspansi kota baru yang mencakup lebih dari 2000 hektar pada pesisir utara Banten.

Pada awalnya, pembangunan Pantai Indah Kapuk dimulai oleh pengusaha dari Indonesia Ciputra setelah melihat kesuksesan dari reklamasi rawa pada utara Jakarta yang sekarang kita ketahui sebagai Ancol. Namun, tidak lama setelah itu, Krisis Finansial Asia pada tahun 1998 memaksa Ciputra untuk menjual hak pembangunan serta saham yang berhubungan dengan pembangunan PIK. Proyek pembangunan tersebut akhirnya digarap oleh Agung Sedayu Group dan juga Salim Group pada tahun 2002, mengubah fokus pembangunan kawasan PIK menjadi konsep perumahan elit.


Pembangunan area perumahan berkembang pesat dalam 10 tahun berikutnya. Bahkan, pada tahun 2016, Prinsipal Li Realty, Ali Hanafia menyatakan bahwa pertumbuhan properti pada Pantai Indah Kapuk sudah sebanding kawasan Sunter dan Kelapa Gading. Harga tanah per meter persegi sudah mencapai 20 hingga 30 juta pada masa tersebut. Memantik perekonomian sekitar, dibangunnya deretan pertokoan Rukan Bukit Golf Mediterania dan influks penghuni baru mendatangkan uang investor dari berbagai arah. Kesuksesan tersebut membiayai ambisi untuk membangun pulau reklamasi dan juga kota baru yang menyerupai pembangunan BSD city.

Implementasi Proyek Strategis Nasional


Bulan lalu, pada Maret 2024, PIK 2 resmi dijadikan sebagai salah satu dari 14 Proyek Strategis Nasional (PSN) 2025 yang menargetkan pembangunan eco-tourism dan green development pada lahan. Berdasarkan info yang disajikan dalam situs web KPPIP, kategori PSN merangkap percepatan pembangunan pada berbagai objek vital dan juga infrastruktur seperti pembangunan rel kereta antarkota, bendungan, revitalisasi bandara, dan lainnya. 

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2021 tentang Kemudahan Proyek Strategis Nasional juga menyatakan bahwa badan usaha yang bersifat strategis dalam peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan demi meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan juga bisa menjadi PSN. 

Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto menjelaskan bahwa PSN PIK 2 diproyeksi akan menciptakan sebanyak 6.235 tenaga kerja langsung dan 13.550 tenaga kerja pengganda. Rp 40 triliun untuk pendanaannya juga ditegaskan akan dilakukan secara swasta tanpa menggunakan APBN. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendukung proyek pengembangan tersebut karena menilai pertimbangan strategis dalam menciptakan investasi dan meningkatkan daya tarik pariwisata bagi daerah Banten dan sekitarnya. Dilansir dari Kompas (2024), beliau juga menambahkan bahwa, “Tidak ada pertimbangan non teknis (politis) dalam pengambilan keputusan dalam penetapan suatu proyek PSN, semua keputusan melalui hasil kajian yang lengkap dan parameter yang jelas.”  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun