Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menilik Kembali Jalur Sutra sebagai Hegemoni Perdagangan

27 Oktober 2023   19:47 Diperbarui: 27 Oktober 2023   19:50 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibn Batuta, musafir dari abad ke-14 asal Maroko, mengikuti pedagang  Tunisia dalam karavan untuk menjalankan Hajinya ke Mekkah. Ia mendokumentasikan perjalanannya yang melewati Asia sentral, Afrika, dan India, semua daerah yang berada pada Jalur Sutra. Pertumpahan perdagangan lintas budaya ini sangatlah dikenal sebagai bentuk perdagangan besar pra-ekonomi klasik. Fenomena ini  digunakan sebagai referensi untuk inisiatif "Belt and Road Initiative (BRI)" oleh Pemerintah Tiongkok, esai ini mencoba untuk mengulik ulang faktor ekonomi dari Jalur Sutra  dari sisi sejarah.

Gambar 1: Peta Cakupan Jalur Sutera Sumber: The Silk Roads From Past to the Future and Their Interactions With the Foreign Trade of Turkey 
Gambar 1: Peta Cakupan Jalur Sutera Sumber: The Silk Roads From Past to the Future and Their Interactions With the Foreign Trade of Turkey 

Benang yang Membentuk Jalur Sutra

Untuk mengukur definisi dari Jalur Sutra itu sendiri, kita sudah melewati suatu tantangan dalam menentukkan penjelasan konkret . Walau disebut "jalur", Jalur Sutra sendiri bukanlah suatu  trek yang berkesinambungan, istilah yang lebih tepat menangkap lanskapnya adalah "jaringan" dari berbagai rute jalan yang sering berubah tergantung dengan dinamika kerajaan di tiap daerah yang saling berinteraksi. Istilah Jalur Sutra sendiri datang dari abad ke-19, empat abad setelah setelah puncak dari penggunaan Jalur Sutra sendiri, oleh geographer Baron Ferdinand, dan menjadi standar di abad ke 20 oleh peneliti dan sejarahwan pada umumnya (Skinner, T., 2021).

  Jalur Sutra  umumnya dianggap telah dimulai pada abad terakhir SM. Meskipun perdagangan di wilayah ini tentu saja sudah ada sebelum periode konsolidasi kekuasaan dari Dinasti Han di timur, Kekaisaran Romawi di barat, serta Kekaisaran Parthia dan Kushan diantara keduanya, menciptakan peluang peningkatan signifikan dalam aktivitas ekonomi di sepanjang Jalur Sutra.

Jalur dimulai dari Xi'an, jalur sepanjang 6.400 km, yang  merupakan jalur karavan, menyusuri Tembok Besar Tiongkok ke barat laut, melewati Gurun Takla Makan, mendaki Pamir (pegunungan) sampai melintasi Afghanistan , dan melanjutkan ke Levant; dari sana barang dagangan dikirim melintasi Laut Mediterania, Jalur Sutra menjalar dan menjadi hubungan interkoneksi perdagangan Eurasia.  Dengan hilangnya wilayah Romawi secara bertahap di Asia dan bangkitnya kekuatan Arab di Levant, Jalur Sutra menjadi semakin tidak aman dan tidak dapat dilalui. Pada abad ke-13 dan ke-14 rute ini berjalan dan hidup kembali di bawah pemerintahan Mongol setelah merebut  kuasa dari berbagai dinasi dan ketika Marco Polo dari Venesia menggunakannya untuk melakukan perjalanan ke Cathay (Britannica, 2023).

Sutra dan Jalur Emas

Sutra, sebagai salah satu yang pertama produk yang akan diproduksi/dipasarkan secara kapitalis, menjadi tidak hanya  simbol kekayaan tetapi juga kapital tersendiri danmedia devisa pertama antara Barat dan Timur, yang pertama dengan nilai yang dapat dikonversi, dan satu-satunya komoditas yang setara dengan emas. Ditambah pula, sutra tidak hanya digunakan untuk membuat kain, tetapi juga  sebagai bahan mentah bagi banyak orang produk lain dan digunakan sebagai sarana untuk memajukan hubungan internasional. Pada puncaknya, jaringan perdagangan tersebut memberikan akses ke pedagang untuk perjalanan dengan komoditas bernilai tinggi. Interaksi perdagangan ini meningkatkan pertumbuhan kota dan kesejahteraan pada daerah yang dilewati pedagang-pedagang ini.  Hanya sedikit kelompok pedagang  yang melakukan perjalanan sepanjang rute tersebut, dan barang-barang ditangani secara bertahap oleh perantara.Bentuk globalisasi berbasis perdagangan ini mewakili bentuk kapitalisme pedagang yang paling awal, termasuk kota-kota pertama di Timur Tengah seperti Babilonia dan negara-negara kota Yunani, yang mendahului bentuk-bentuk globalisasi barat 

Perkembangan dari segi besar sejarah perdagangan Jalur Sutra berfokus pada  perspektif menekankan biaya dan risiko bahaya untuk para pedagang dalam membawa komoditas tersebut jalur darat. Ada pula fragmentasi politik mungkin menjadi hambatan,  Otoritas politik yang terfragmentasi pada Jalur Sutra menciptakan peluang bagi aktor negara untuk menuntut tol dan pajak dari para pedagang; Kontrol dinasti politik, seperti perang dan krisis  yang tidak menentu dan tidak stabil, meningkatkan kemungkinan para perampok melakukan prediksi terhadap wisatawan, sehingga meningkatkan biaya pertukaran pada daerah respektif (Blaydes, L., & Paik, C., 2021).

Fragmentasi Jalur Sutra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun