Kebijakan ini menciptakan insentif bagi perusahaan untuk mengalihkan pendanaannya dari saham ke utang, alih-alih melakukan investasi jangka panjang dalam tenaga kerja mereka.Â
Kebijakan ekspansif tersebut memang harus dilakukan untuk memulihkan perekonomian pasca krisis, namun insentif lain yang terbentuk juga tidak dapat diabaikan begitu saja.
Investasi dalam Pendidikan
Mereka yang memasuki angkatan kerja setelah resesi memiliki lebih sedikit kesempatan kerja dan upah yang lebih rendah. Hal ini membuat mereka memulai karier dengan posisi yang kurang menguntungkan.Â
Pada saat yang bersamaan, para Millennials menghadapi biaya pendidikan yang lebih tinggi yang membawa mereka pada pinjaman mahasiswa dan tingkat utang pribadi yang lebih tinggi.
Bukan rahasia lagi bahwa biaya pendidikan merupakan salah satu komponen biaya dengan tingkat inflasi paling tinggi sepanjang masa. Riset GOBankingRates menemukan bahwa rata-rata biaya kuliah tahunan program sarjana di universitas telah melonjak lebih dari 3.700% antara tahun 1964 ketika Boomers termuda lahir dan tahun 2015.
Di sisi lain, tantangan yang dihadapi Millennials untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi datang dari keluarga dan orang tua.Â
Jika dibandingkan dengan Boomers pada usia sekolah dulu, tekanan ini jauh lebih hebat dengan adanya perkembangan teknologi, globalisasi, dan persaingan dalam pasar tenaga kerja yang semakin ketat. Semakin banyak orang tua yang berpikir bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan.Â
Padahal, sejatinya esensi pendidikan adalah 'investasi' pada modal manusia---mempersiapkan masa depan mulai dari saat ini. Mereka yang mengenyam pendidikan berkesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, memperluas koneksi, dan membangun karakter yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja di masa depan.Â
Apakah mereka yang tidak 'berinvestasi' tidak akan sukses? Tentu bisa, namun dengan jalan dan tantangan yang berbeda dan mungkin saja lebih sulit.
Wealth Gap yang Semakin Melebar
"Zamanmu lebih enak, semuanya serba mudah, tapi kenapa anak-anak sekarang lebih ..." dan sebagainya, sering kali dilontarkan oleh para orang tua ketika menasihati anaknya. Meski demikian, sejauh ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa dunia yang lebih modern tidak menjamin hidup yang lebih mudah dan nyaman.Â
Lingkungan kerja yang merugikan Millennials berdampak pada manfaat pembangunan kekayaan yang diharapkan dari pekerjaan mereka. Riset Pew Charitable Trusts menyebutkan bahwa bahwa meski hampir 70 persen Boomers yang bekerja memiliki akses ke program dana pensiun yang diberikan perusahaan.