Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Generasi yang "Dirugikan", Bagaimana Baby Boomers Membawa Tantangan Ekonomi bagi Millennials?

22 Juli 2022   18:45 Diperbarui: 23 Juli 2022   17:45 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: generasi milenial. (sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com) 

Mereka serta merta memaksakan kehendak pada anak-anaknya berdasarkan apa yang mereka lakukan dulu. Lantas, bagaimana Boomers yang mewariskan anak-anak mereka dengan begitu banyak kenyamanan dan kemudahan hari ini juga membawa peluang sekaligus tantangan pada masa depan mereka?

Pemulihan Ekonomi dan Pasar Tenaga Kerja

Jika dilihat dari klasifikasi umurnya, kita dapat melihat bahwa Millennials memasuki dunia kerja tepat saat Krisis Keuangan Global dan Great Recession melanda. 

Mencoba mencari pekerjaan di periode ini sangat sulit bagi semua orang. Namun, mereka yang lebih muda dan kurang berpengalaman biasanya menanggung beban pengangguran. 

Mengingat Millennials baru saja memasuki dunia kerja, mereka memang tidak memiliki tabungan atau aset properti yang kehilangan nilainya saat krisis keuangan tersebut. 

Namun, mereka kehilangan pemulihan pada masa berikutnya lantaran menjadi sulit untuk mencari pekerjaan. Selama resesi, tingkat pengangguran secara keseluruhan naik menjadi 10,6%. Bahkan, tingkat pengangguran pada kategori Millennials usia kerja mencapai 15,8% dan tidak turun kembali hingga pertengahan 2018.

Sebelum krisis keuangan, asumsi umum dalam masyarakat mengatakan bahwa pekerjaan dengan upah rendah dan keterampilan dasar adalah yang paling rentan terhadap fluktuasi ekonomi. 

Namun, selama krisis keuangan, sebenarnya pekerjaan dengan upah menengah-lah yang paling terpukul. Sekitar 60% dari pekerjaan yang hilang selama 2008 hingga 2010 adalah pekerjaan berpenghasilan menengah. Akibatnya, pekerja tingkat menengah yang biasanya dari generasi Boomers ini, harus menuruni tangga karir ke jenjang yang lebih rendah---bersaing dengan kaum Millennials yang baru memulai karir mereka. 

Di sisi lain, perusahaan tentu lebih memilih pekerja berpengalaman yang dapat menangani tugas non-rutin dengan lebih baik. 

Tren ini akan menghambat Millenials selama beberapa dekade karena mereka harus mengambil pekerjaan kontrak dan pekerjaan lepas (freelance) bertahun-tahun lebih lama daripada generasi sebelumnya untuk menaiki tangga karir perusahaan.

Source: diolah oleh KANOPI FEBUI 2022
Source: diolah oleh KANOPI FEBUI 2022

Alasan kedua di balik kondisi pasar tenaga kerja yang buruk bagi Millennials adalah bahwa kebijakan pemerintah cenderung mendorong 'pertumbuhan jangka pendek yang didanai oleh utang' daripada 'penciptaan lapangan kerja'. Pasca krisis keuangan, pemerintah terus melakukan kebijakan ekspansif dan menahan suku bunga jangka pendek di angka yang rendah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun