Supreme mendirikan reputasi mereka dengan cara mempertahankan kelangkaan produk, berkolaborasi dengan merek-merek lain, dan merilis barang-barang langka yang tidak umum bagi sebuah perusahaan busana seperti batu bata, linggis, dan tempat makan anjing.Â
Mereka merilis produk baru yang terbatas hanya sekali dalam seminggu dan pasti langsung habis terjual dalam hitungan detik. Sebelum mereka merilis barang-barang tersebut, biasanya mereka membuat pengumuman tentang produk apa yang akan diluncurkan melalui sosial media dan pesan ini akan disebarluaskan oleh selebriti, komunitas hypebeast, dan influencers, menciptakan sebuah "hype" diantara para remaja.
Model bisnis Supreme ini bertentangan dengan teori tradisional penawaran dan permintaan. Mereka tidak pernah membuat supply lebih besar dari demand, tujuannya adalah menciptakan artificial scarcity (Adam Smith, 1776) sehingga produknya lebih eksklusif, diinginkan, dan lebih mahal.
Hal ini sesuai dengan salah satu teori ekonomi yaitu scarcity principle dimana suatu produk yang terbatas dengan permintaan yang tinggi, akan menghasilkan ketidakcocokan antara equilibrium supply dan permintaan sehingga orang akan lebih menginkan dan akan bersedia membayar lebih barang-barang yang kita dapat miliki lebih sedikit (Health Slawner, 2020).
Hasilnya, Supreme saat ini telah menjadi salah satu perusahaan busana terbesar dengan valuasi sebesar 2,1 miliar dolar.
Dress to Look Rich
Meskipun pertanyaan besar telah terjawab dengan melihat bisnis model perusahaan-perusahaan streetwear tersebut, ada teori lain yang mampu menjelaskan asal muasal kemunculan hypebeast.Â
Salah satunya tercantum dalam mahakarya bapak ekonomi dunia, Adam Smith, yang berjudul The Wealth of Nations. Ia menyebutkan bahwa di mata orang kaya, keberhargaan sebuah objek ditingkatkan oleh kelangkaannya (Smith, 1776). Sementara itu, Ekonom Thorsthein Veblen memperkenalkan istilah "conspicuous consumption" dalam bukunya yang berjudul The Theory of Leisure Class.
Pada dasarnya, istilah itu mengacu pada pembelian barang mahal yang ditujukan hanya untuk menunjukkan status sosial dan kekayaan (Veblen, 1899/1912). Veblen berkata bahwa kelas bangsawan feodal dalam masyarakat telah berevolusi di bawah kapitalisme menjadi lapisan pebisnis dan eksekutif yang menunjukkan kekayaannya melalui pembelian barang mewah.
Lebih lagi, sosiolog Simmel meneliti bahwa fesyen menggabungkan orang-orang di kelas sosial tertentu dan memisahkan mereka dari kelas sosial lainnya.(Simmel,1957).
Hal ini berarti bahwa baju dan sepatu tidak hanya memberikan manfaat untuk menghangatkan dan untuk berjalan, tetapi juga untuk mengindikasikan status sosial dalam masyarakat.Â
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi sosial sangat mempengaruhi seseorang menjadi hypebeast juga menggunakan streetwear yang langka dan tidak murah.