Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Flat White Economy: Efektor Pertumbuhan Pesat Industri Kedai Kopi Milenial

24 April 2020   19:34 Diperbarui: 24 April 2020   19:35 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sisi lain, indepth interview Toffin dengan para stakeholders di industri kedai kopi Indonesia telah mencatat bahwa terdapat tujuh faktor yang mendorong pertumbuhan bisnis kedai kopi di Indonesia, keempat diantaranya sama dan sesuai dengan budaya flat whiter, yakni:

  1. Kebiasaan (budaya) nongkrong sambil ngopi.
  2. Meningkatnya daya beli konsumen dan tumbuhnya kelas menengah
  3. Dominasi populasi kalangan muda Indonesia (termasuk milenial) yang menciptakan gaya hidup dan kebiasaan baru dalam mengonsumsi kopi.
  4. Kehadiran media sosial digital dan platform ride hailing yang memudahkan pebisnis kedai kopi melakukan aktivitas marketing dan promosi.

Dua faktor esensial dalam pertumbuhan kedai kopi adalah berkembangnya budaya nongkrong dan meningkatnya daya beli konsumen kopi memainkan peran penting dalam meningkatnya pertumbuhan kedai kopi di Indonesia. Penelitian tentang hal ini pernah dilakukan oleh Ardietya Kurniawan dengan judul "Perilaku Konsumtif Remaja Penikmat Warung Kopi".

Dalam penelitiannya, Ardietya membahas tentang pergeseran makna warung/kedai kopi, di mana mengunjungi kedai kopi bukan hanya untuk melakukan aktivitas konsumsi melainkan telah menjadi salah satu gaya hidup bagi sebagian kalangan muda di Magetan, salah satu kabupaten di Jawa Timur. Ardietya memperoleh hasil penelitian bahwa karakteristik yang menonjol pada kalangan milenial peminum kopi adalah gaya hidup dan kehidupan sosial yang didorong oleh faktor internal, yaitu motivasi individu (budaya nongkrong) dan ekonomi individu (daya beli).

Perkembangan budaya nongkrong dan daya beli juga didukung oleh pertumbuhan media digital yang memudahkan para milenial dalam menyalurkan budaya konsumsi kopi mereka. Media tersebut meliputi aplikasi pembayaran daring (online payment), aplikasi khusus kedai kopi, seperti aplikasi Fore dan Kopi Kenangan, serta didukung oleh tersedianya deliver-ride hailing platform seperti Grab dan Gojek.

Pada akhirnya, menilik perkembangan kebiasaan flat whiter generasi milenial dan faktor-faktor pendorong tersebut, bisnis kedai kopi di Indonesia dapat dikatakan terpengaruh oleh tren perkembangan flat white economy. Maka sudah seharusnya, situasi perkembangan flat white economy harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para stakeholders. 

Pemanfaatan tersebut dapat diinisiasi dengan pemanfaatan produksi kopi Indonesia yang tiap tahunnya selalu menduduki posisi atas dunia, yang pada tahun 2019 mencapai 12 juta karung kopi atau sekitar 720 ribu ton per tahun. (International Coffee Organization, 2019) Dengan bertemunya permintaan biji kopi yang meningkat dan penawaran kopi siap minum di kedai kopi, hal ini dapat menjadi salah satu peluang utama dalam pengembangan industri kedai kopi ini. Pemerintah dan perbankan pun diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi para pebisnis kedai kopi untuk dapat melakukan peminjaman modal untuk pengembangan kedai-kedai kopi baru di negeri ini.

Kendati prediksi bisnis kedai kopi yang terus bertumbuh, kedai-kedai kopi di Indonesia saat ini dihadapkan pada pandemi. Kedai-kedai kopi tersebut terancam oleh penurunan drastis konsumsi kopi. Pada titik inilah kita akan menanti, akankah pertumbuhan industri kedai kopi dengan dukungan flat white economy tersebut akan bertahan, atau malah sebaliknya, turun akibat gangguan pandemi dan tersaingi sektor pengganti?

Oleh Muhammad Akbar Putra | Ilmu Ekonomi 2019 | Staff Divisi Kajian Kanopi FEB UI 2020

Referensi

McWilliams, Douglas. (2015). The Flat White Economy: How the digital economy is transforming London and other cities of the future. Duckworth Overlook: London.

Eltringham, Mark. (2019). The flat white economy is now the most important sector in the UK. Diakses dari: https://workplaceinsight.net/the-flat-white-economy-is-now-the-most-important-sector-in-the-uk/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun