"Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Bisa Mahabharata atau
Tragedi dari Yunani."
Bait pembuka sajak Taufik Ismail ini kembali menggedor kita semua. Lihat saja gejolak di sekitar kita sampai hari ini. Begitu banyak masalah yang merisak. Dalam tiga bulan, cerita peradaban kita begitu banyak berubah. Dari pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani sampai pandemi Covid-19.
Akan tetapi, dinamika ini hanya riak kecil di tengah sebuah arus besar bernama sejarah. Apalagi kalau kita lihat tiga abad terakhir. Peradaban kita berubah begitu pesat. Seandainya ada mesin waktu, kita pasti tidak mengenal peradaban kita di abad ke 19. Bagaimana perubahan cepat ini terjadi?
Sebetulnya, ada berbagai faktor yang mempengaruhi. Mulai dari perubahan paradigma intelektual, dinamika politik, dan lain sebagainya. Namun, ada satu faktor penting yang perlu kita bahas, yaitu faktor perubahan struktur ekonomi.
Sejak peradaban manusia dimulai sampai tahun 1760, struktur ekonomi kita relatif tidak berubah. Dunia masih bergantung pada sektor ekstraktif untuk menciptakan kekayaan. Artinya, manusia masih bertumpu pada sektor agraris, perikanan, dan pertambangan tradisional. Sehingga, kemakmuran umat manusia relatif stagnan pada periode tersebut.
Selanjutnya, penemuan mesin uap oleh James Watt pada tahun 1760 menghancurkan stagnasi tersebut. Pada masanya, mesin uap adalah disrupsi yang membuka potensi ekonomi kita. Inovasi ini memicu terjadinya Revolusi Industri pertama yang dimulai di Inggris dan menyebar ke seluruh penjuru dunia.