Manfaat-manfaat ini dapat meredistribusi kesejahteraan, asal pemda tetap bersih dan tidak mengantongi sendiri keuntungannya. Hal lain yang harus diantisipasi oleh pemerintah adalah diferensiasi skema pembayaran bagi pengemudi berpendapatan rendah, penyandang disabilitas, mereka yang bepergian untuk urusan medis, serta orang-orang yang memang tinggal di zona tempat kebijakan diterapkan agar tetap memiliki aspek berkeadilan. Pemerintah juga harus memerhatikan melimpahnya jumlah pengemudi ojek online yang dapat terus meningkat dan akhirnya membuat kebijakan tidak efektif.
Kesimpulan
Teori invisible hand Adam Smith mungkin harus menundukkan kepalanya karena gagal di hadapan pasar transportasi. Alih-alih kesejahteraan agregat, para pengemudi di kota-kota rawan macet yang bertindak atas dasar minat mereka masing-masing hanya akan menimbulkan eksternalitas.
Kemacetan bukanlah suatu masalah yang dapat dipecahkan dengan jentikkan jari; pemerintah harus terus mencari solusi yang holistik dan efektif sementara masyarakat Jakarta mesti membangun kesadaran dan menurunkan ego mereka untuk kepentingan umum.
Oleh Rosalia Marcha Violeta | Ilmu Ekonomi 2018 | Staf Divisi Kajian Kanopi FEB UI 2019
Referensi:
Hennessy, D., & Wiesenthal, D. (1999). Traffic congestion, driver stress, and driver aggression. Â Aggressive Behavior, 25(6), 409-423. DOI: 10.1002/(sici)1098-2337(1999)25:6<409::aid-ab2>3.0.co;2-0
Data Perbandingan Jumlah Kendaraan Pribadi Dan Angkutan Umum DKI Jakarta - data.jakarta.go.id. (2014).
Evans, A. (2019). 1992. Road Congestion Pricing: When Is It a Good Policy? Journal Of Transport Economics And Policy, 26(3), 213-243.
Hu, W. (2019). Over $10 to Drive in Manhattan? What We Know About the Congestion Pricing Plan.Â
Ramadhan, A. (2015). Jumlah motor dan mobil di Jakarta tumbuh 12 persen tiap tahun.Â
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!