[caption id="attachment_315668" align="aligncenter" width="433" caption="Tito Karnavian ketika berada di Puncak Kartenz, Papua (Foto:www.id.papua.us)"][/caption]
Rabu, 16 Juli 2014 Irjen Pol Tito Karnavian yang sudah tahun menjadi Kapolda Papua diganti oleh Brigjen Pol. Jotje Mende. Tito selanjutnya menempati jabatan baru sebagai Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kapolri, menggantikan Irjen Sulistyo Ishak yang akan memasuki masa pensiun.
Kapolda Papua yang baru, Brigjen Pol. Jotje Mende sebelumnya pernah menjabat sebagai Kapolwil Surakarta, Jawa Tengah, kemudian menjabat Kapolda Kepulauan Riau. Jabatan terakhir Jotje sebelum menjadi Kapolda Papua adalah Kepala Staf Pimpinan Petinggi Sespim pada Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol).
Waspadai gerakan separatis
Kepada Kapolda Papua yang baru dan jajarannya, Kapolri Jenderal Pol Sutarman mengingatkan untuk mewaspadai gerakan-gerakan separatis di wilayah itu. Sutarman juga meminta kepada anggotanya yang bertugas di daerah penghasil emas terbesar itu untuk waspadai gerakan kelomopok jahat kekerasan yang marak memecah belah persatuan.
“Masih ada kelompok separtais tugas yang harus diingatkan kembali Papua milik Indonesia dan Indonesia milik Papua,” tandas Sutarman. http://news.liputan6.com/read/2078720/lantik-kapolda-papua-kapolri-perintahkan-antisipasi-sparatis
Peringatan Kapolri itu merupakan hal yang wajar, mengingat selama ini kelompok-kelompok yang masih berseberangan dengan Pemerintah masih terus beraksi. Keompok yang perlu mendapat perhatian serius adalah kelompok sipil bersenjata yang bergerilya di wilayah perbatasan RI-PNG dan daerah pegunungan.
Jumlah mereka memang tidak banyak. Menurut Gubernur Papua, Lukas Enembe, sekitar seribu orang yang terbagi-bagi dalam sejumlah kelompok dengan pimpinan yang berbeda-beda. Namun dengan maraknya aksi penyelundupan senjata dan amunisi ke wilayah Papua dalam beberapa bulan terakhir, keberadaan kelompok ini perlu diperhitungkan.
Dalam sejumlah aksinya, kelompok ini sudah melakukan penyerangan terhadap pos-pos TNI dan menembaki patroli tim gabungan TNI-Polri. Tidak sedikit aparat keamanan yang gugur di ujung laras senjata kelompok ini. Juga ada banyak korban warga sipil lebih-lebih dari masyarakat pendatang.
Dalam catatan saya, sepanjang tahun 2014 setidaknya adal 20 insiden penembakan di Tanah Papua yang di antaranya dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata.Contohnya adalah aksi penyerangan di pintu perbatasan RI-PNG pada tanggal 5 April 2014. Sejumlah fasilitas rusak porak-poranda. Aksi itu dilakukan hanya beberapa jam sebelum Cawapres Jokowi tiba di Jayapura untuk berkampanye bagi PDIP. Dua hari kemudian, Herry (20 tahun) seorang pedagang di pasar Skow, Wutung, tewas tertembak. Selain Herry, warga sipil lainnya yang juga tewas akibat serangan kelompok kriminal ini, yakni seorang tukang ojek bernama Abdul Halil yang tertembak di Kampung Wuyuneri, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya pada 7 Januari 2014.
Ada juga anggota TNI yang gugur selama tahun ini antara lain Pratu Sugiarto dari Batalyon Infanteri 753 yang tewas dalam insiden baku tembak Jumat, 24 Januari 2014 di wilayah Pintu Angin, Puncak Jaya dan Sertu Rahman Hakim tewas yang ditembak kelompok bersenjata di Mulia, Ibu Kota Kabupaten Puncak Jaya tanggal 25 April 2014.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang aksi penembakan selama tahun 2014, bisa dibaca di “Inilah Kasus Kekerasan di Papua 5 Bulan terakhir” http://hukum.kompasiana.com/2014/06/02/inilah-kasus-kekerasan-di-papua-5-bulan-terakhir--656183.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H