Mohon tunggu...
Laksmi Kaniraras
Laksmi Kaniraras Mohon Tunggu... -

a comm stú 🎓

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yogyakarta Sedang Tidak Berhati Nyaman

14 Februari 2018   20:59 Diperbarui: 15 Februari 2018   12:19 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto: Pinterest

Tujuh hari dalam seminggu dan Hari Minggu merupakan hari yang didedikasikan umat kristiani sebagai 'Hari Tuhan'. Hari itu seharusnya menjadi hari yang membahagiakan.

______________________________________________________

Publik lagi-lagi dikejutkan oleh isu intoleransi.  Tepat 11 Februari 2018 lalu, Gereja Santa Lidwina, Bedog, Sleman diserang oleh Suliono (23) saat para jemaat tengah melaksanakan misa pagi. Kejadian ini mengakibatkan lima korban luka. Kelima korban tersebut  terdiri dari tiga  jemaat gereja, satu pastor dan seorang polisi bernama Aiptu Munir.

Sejumlah saksi mata melihat Suliono masuk melalui pintu barat gereja, dan menyerang seorang jemaat gereja bernama Martinus Parmadi Subiantoro. Pelaku masuk ke gedung utama gereja sambil mengayun-ayunkan pedang. Di tengah kekacauan yang terjadi , pihak gereja lantas menelepon polisi.

Sekitar 10 menit kemudian, sejumlah polisi datang ke Tempat Kejadian Perkara. Sebelum dilumpuhkan, Aiptu Munir sempat berupaya mendesak Suliono menyerahkan diri. Tapi, Suliono balik menyerangdan akhirnya, polisi pun menembak kaki kanannya.

Usai identitasnya terkuak, segala hal tentang Suliono seakan menjadi menarik. Pemberitaan mengenai latar belakang Suliono, riwayat Pendidikan, hingga kondisi terbarunya banyak bermunculan di internet.

Siapakah Suliono?

Suliono tercatat pernah mondok di Pondok Pesantren Ibnu Sina setelah lulus dari SMPN 1 Pesanggaran tahun 2010. Namun, Suliono hanya bertahan di sana selama enam bulan karena diminta orang tuanya untuk pindah ke Sulawesi mengikuti kakak-kakaknya. Ia lantas melanjutkan SMA di Morowali dan kuliah di Palu. Kemudian di tahun 2015-2017, Suliono tercatat pernah belajar di Ponpes Sirojul Mukhlasin Payaman II, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang sebagai santri lulusan SMA.

Berdasarkan data yang ada, penuturan kedua pondok pesantren tersebut hampir sama. Sedari dulu, Suliono memang dikenal sedikit radikal, dan berusaha untuk menyebarkan paham tersebut kepada teman-temannya. Karena merasa tidak nyambung, Suliono menjadi dikucilkan oleh teman-temannya.

Suliono tidak tergabung dalam kelompok atau golongan manapun. Sebab itu, dirinya disebut sebagai lonewolf atau seseorang yang melancarkan aksi terror seorang diri. Ia mengaku mempelajari paham yang salah tersebut dari internet. Sebelum melancarkan aksinya, Suliono juga mengakses internet untuk mengetahui letak gereja terdekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun