Keluarga merupakan kelompok sosial paling kecil dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang terhubung melalui hubungan darah, pernikahan, atau adopsi, yang tinggal bersama dan saling berinteraksi, serta memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing.
Didalam keluarga terdapat peran orang tua yang sangat penting dalam perkembangan anak. Namun dalam mendidik anak setiap keluarga memiliki cara atau pola asuh (parenting) yang berbeda beda.
Menurut Morrison (2016), pola asuh adalah pengasuhan dan  pendidikan anak-anak di luar rumah secara komprehensif untuk melengkapi pengasuhan dan  pendidikan anak yang diterima dari keluarganya.Â
Pola asuh adalah cara orang tua memperlakukan anak-anak mereka, yang masing-masing memiliki pengaruh unik terhadap perilaku anak, termasuk kompetensi emosional, sosial, dan intelektual mereka. Pola asuh yang efektif adalah yang penuh dengan cinta, kasih sayang, dan kelembutan, serta disesuaikan dengan perkembangan usia dan kecerdasan anak. Pendekatan ini akan menjadi kunci keberhasilan anak di masa depan.
Adapun jenis jenis dari pola asuh menurut Dariyo (2004) terdiri dari 4 jenis yakni:
- Pola Asuh Otoriter (parent oriented). Ciri pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua.
- Pola Asuh Permisif. Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak.
- Pola Asuh Demokratis. Kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral.
- Pola Asuh Situasional. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini, tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara luwes disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.
Setiap pola asuh yang diberikan orang tua akan memiliki kekurangan dan kelebihan dan dampak terhadap anak nya. Maka dari itu orang tua harus bijak dalam memberikan didikan terhadap anaknya.
Pada masa kini, sosial media sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita. Banyak informasi yang kita dapat, terlebih banyak nya tren tren yang di ikuti banyak orang. Salah satu tren yang dilakukan yakni tren" Cooked or Cooked" di platfrom Tiktok. Adapun isi tren ini yakni cooked bukan berati memasak tapi memiliki makna panas atau suatu hal yang membakar.Â
Adapun konteks nya lebih kepada orang tua strict parent yang memarahi atau menceramahi anak nya yang berbohong atau melakukan hal yang tidak disukai orang tuanya. Tak sedikit dari banyak nya konten, orang yang memposting tren tersebut memiliki ciri ciri berbohong, bergaul bebas dan orang tua yang strict parent.
Melihat fenomena ini, memperlihatkan bahwa terdapat dampak dari pola asuh strict parent ini. Yang dimana strict parent merupakan bagian dari pola asuh otoriter. Strict parents adalah pola asuh otoriter dari orang tua ke anak yang serba melakukan pembatasan dan pengekangan. Pola asuh seperti ini berisiko menyebabkan anak stres, tertekan, dan berpeluang membuat anak jadi pembangkang.
Pola asuh strict parent memiliki berbagai dampak yang dapat memengaruhi perkembangan anak baik secara positif maupun negatif. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
Dampak Positif
- Disiplin yang Tinggi
- Prestasi Akademik
- Kemandirian dan Tanggung Jawab
- Keteraturan dan Struktur
Dampak Negatif
- Tingkat Stres dan Tekanan yang Tinggi
- Kurangnya Kreativitas dan Inisiatif
- Hubungan yang Kurang Hangat
- Resiko Pemberontakan
- Ketergantungan pada Persetujuan Orang Tua
Meskipun dapat menghasilkan anak-anak yang disiplin dan berprestasi, penting bagi orang tua untuk menemukan keseimbangan antara ketegasan dan kasih sayang. Menyediakan dukungan emosional, mendengarkan anak, dan memberikan kebebasan dalam batas yang wajar dapat membantu mengurangi dampak negatif dari pola asuh yang ketat, sekaligus tetap mempertahankan manfaat positifnya.
 Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh orang tua untuk mengatasi kecenderungan pola asuh yang terlalu ketat:
- Tingkatkan Komunikasi Terbuka
Membangun komunikasi yang terbuka dan jujur dengan anak sangat penting. Orang tua harus mendengarkan perasaan dan pendapat anak tanpa menghakimi. Ini membantu anak merasa didengar dan dihargai, serta mengurangi tekanan yang mungkin mereka rasakan.
- Seimbangkan Disiplin dengan Empati
Meskipun menetapkan aturan dan batasan itu penting, orang tua juga perlu menunjukkan empati dan pengertian. Memahami perasaan anak dan memberikan dukungan emosional dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan hubungan emosional antara orang tua dan anak.
- Berikan Ruang untuk Kemandirian
Memberikan anak kesempatan untuk membuat keputusan sendiri dalam batas yang aman dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian mereka. Orang tua dapat mulai dengan memberikan pilihan-pilihan kecil dan secara bertahap meningkatkan tanggung jawab anak.
- Fokus pada Penghargaan Positif
Alih-alih hanya memberikan hukuman saat anak melakukan kesalahan, penting untuk memberikan penghargaan atau pujian ketika anak berperilaku baik atau mencapai sesuatu. Penguatan positif ini dapat meningkatkan motivasi dan memperbaiki perilaku anak.
- Sesuaikan Harapan dengan Kemampuan Anak
Orang tua harus realistis dalam menetapkan harapan dan memahami kemampuan serta batasan anak. Ekspektasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan dan merusak kesejahteraan emosional anak.
- Libatkan Anak dalam Penetapan Aturan
Mengajak anak untuk berpartisipasi dalam menetapkan aturan rumah tangga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab mereka dan membuat mereka lebih cenderung mematuhi aturan tersebut. Anak akan merasa lebih dihargai dan dihormati.
- Carilah Bantuan Profesional jika Diperlukan
Jika orang tua merasa kesulitan untuk mengubah pola asuh mereka sendiri, tidak ada salahnya mencari bantuan dari psikolog atau konselor keluarga. Profesional dapat memberikan panduan dan strategi yang tepat untuk menciptakan lingkungan yang lebih seimbang dan suportif.
- Luangkan Waktu Berkualitas Bersama Anak
Menghabiskan waktu berkualitas bersama anak tanpa tekanan dapat membantu memperkuat ikatan emosional. Aktivitas sederhana seperti bermain, berjalan-jalan, atau berbicara tentang hari mereka dapat memberikan kesempatan untuk lebih mengenal dan memahami anak.
Mengatasi pola asuh strict parent memerlukan usaha dan kesadaran dari orang tua untuk menciptakan keseimbangan antara disiplin dan kasih sayang.Â
Dengan meningkatkan komunikasi, menunjukkan empati, memberikan ruang untuk kemandirian, dan menyesuaikan harapan, orang tua dapat membantu anak mereka tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional, sosial, dan intelektual. Penerapan pendekatan yang lebih seimbang ini tidak hanya bermanfaat bagi anak, tetapi juga memperbaiki hubungan keluarga secara keseluruhan.
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
Morrison, G. 2016. Â Pendidikan Anak Usia Dini Saat Ini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
Mussen. 1994. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Arcan Noor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H