Teralienasi
Beberapa tahun berlalu
pergi;
silih berganti, papa ke sana kemari jualan
janji:
"kamu tak akan ceking lagi, kurang gizi
hidangan pagi dan siang akan kucukupi"
Berapi-api, bicaranya nyala
meyakinkan;
bahwa kani tak perlu lagi makan hati
tiap hari kembali bisa makan nasi lagi
Katanya;
Ia siap mengabdi bagi jelata agar kami tak sengsara
Dulunya papa memang kesohor; hebat
bukan penjilat seperti lukisan yos suprapto
yang rada nakal
bikin kesal para berandal yang kerap wara wiri
Cari muka, depan cermin dibelah karena tak elok rupa
hingga kami jatuh;
pehaka, tertimpa tangga pula
luntanglantung cari kerja
lamaran banyak ditolak
dengan alibi efesiensi
entah antara syukur dan babak belur
oleh mereka kami disuruh mencoba awal tahun depan
katanya ada tarif baru bagi pelamar
"barangkali kamu bisa dapat persenan dua belas kali, asal kamu mau bayar dua belas persen,'ujarnya tanpa belas kasih
Terompet Tahun Baru
Seperti akhir tahun yang sudah-sudah
tak mau ambil pusing bapak penjual terompet
meniup;jualan suara-suara bising
entah kreativitas atau ikutan mode
bunyinya khas onomatope
mengeong, terkadang mengaum atau menirukan satu dua patah kata manusia
Pet...pet...pet
gemanya bersirobok dengan pluit polisi
yang membuat pak polisi salah tingkah
Jalanan tumpah, pengguna jalan marah-marah
tak mau mengalah, salip menyalip
antara suara klakson, terompet, dan pluit
penjual terompet terbirit-birit melihat satpol pp meniup sangkakala penertiban
pret...pret...pret
terompet lain menyahut,
menyambut jalanan yang semrawut
tanpa polisi yang entah pergi ke mana?