Saat pagi buta, ia telah bersiap, menyala
menelusuri jalanan yang masih remang
tapaknya menjejak
kelak bersaksi bahwa ia adalah bapak
luar biasa, pahlawan bagi anak-anak
yang tak pernah berhenti berharap
mengukir dunia
Tulangnya kokoh menopang buah hati
Punggungnya lapang tempat sang istri
berumah dan beramah tamah
Seperti hari yang sudah
ia tak pernah resah pada butiran karunia-Nya
selalu tabah, yakin rezeki berkelindan pada
pucuk-pucuk keramaian ataupun hajatan
Kebetulan dapat kabar;majlis pengajian
diisi seorang dai yang gagal arif dan gagap bijaksana
hatta kakinya beranjangsana, berharap dapat doa dan laba
dan di sanalah tabir anugerah disingkap
dia mendapat cela setitik tapi mendapat mulia sebelenga
Setitik cela yang kadung memuncrat kesana kemari
konon mengenai sang dai, hingga harus minta maaf karena membuang sembarang tinta hitam tanpa timbang
Sedangkan Bapak penjual es yang terciprat
hanya senyum, polos, sembari cekatan menerabas jemaah
Perlahan ia menggumam;aku hanya penjual teh
yang memastikan asap dapur tetap mengepul
041224
#Literasi
#MyPoetry
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H