Tak ada tanda-tanda bahwa adanya bahaya apalagi malapetaka yang kan menimpa.
Geliatnya hari menyambut mentari dengan wajah berseri setelah sebelumnya hanya tangis berderai
Kita menyiapkan segala rencana
Menggapai harapan bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Pesta demokrasi dengan gegap gempitanya kala itu telah usai
Bergelayut masa depan nan menawan
Bersesuaian antara rupa dan nyata
Kita pun bereuforia, menapaki hari ceria
Selepas subuh kita bercengkrama, membawa mimpi nan lena
Meski yang lain sibuk menyiapkan segala untuk kerja
Tak sedikit yang berleha-leha sembari tertawa
Kala semua itu belum sempurna dalam rencana-rencana
Bumi beringsut berdetik-detak sebabkan gempa
Kita tidak tahu itulah tanda
Hatta bala bersekongkol dengan petaka
Memisahkan segala kenikmatan kita
Rencana diganjar bencana
Harapan diberi ratapan
Masa depan berganti khayalan
Gelombang dahsyatlah yang menggenapkan cerita kala itu
Meluluhlantakkan sebagian dari peradaban
Tanggal dua puluh enam Desember dua ribu empat derita kejadian
Cantik ia bernama tapi kejam ia bermuka
Tsunami telah memisahkan suami dengan istri
Memisahkan anak dengan orangtua
Memutus segala ikatan yang dulunya terikat kuat
Dari bencana ia menjadi selebrita dan selebriti
Tsunami menjadi populer di abad dua satu
Setelah sebelumnya hanya memendam diri
Kini sembilan belas tahun berlalu untuk kita tahu diri
Menyiapkan segala sesuatu  melalui alat peringatan dini
Berharap tak ada lagi Tsunami
Tak ada lagi gempa bumi
Kita ingin pilu tak lagi menjadi sembilu
Namun menjadikan pilu sebagai palu perubahan
Mengubah luka menjadi karya untuk Aceh yang berperadaban maju
Mantang, 261223. Chania Ditarora