Selama lebih dari tiga abad lamanya Indonesia dalam belenggu penjajah. Perjuangan demi perjuangan telah digelorakan untuk kemerdekaan Indonesia. Tidak terhitung perlawanan yang dilakukan untuk membebaskan nusantara.
Namun perlawanan tersebut selalu bisa digagalkan penjajah. Hal ini menjadi bahan kajian mendalam para pemuda pada masa itu. Mengapa perjuangan yang telah dilakukan selama ini tidak membuahkan hasil? Demikian serentetan pertanyaan yang terbetik dalam benak pemuda.
Menyikapi persoalan tersebut, para pemuda mengadakan kongres pemuda I dan Kongres pemuda II. Kongres pemuda I diadakan pada tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926 di Batavia. Sedangkan kongres pemuda II diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Yogyakarta (Kisah-Kisah Pahlawan Nusantara;Salim A Fillah).
Pada Kongres pemuda II inilah menjadi titik awal bergantinya pola perjuangan. Yang semula berjuang dengan senjata beralih menjadi perjuangan melalui gerakan. Meski jauh sebelumnya, Â berdiri organisasi pergerakan namun semuai itu belum mampu melahirkan semangat nasionalisme. Â Tidak hanya itu, para pemuda kongres berhasil mengombinasikan kedua pola perjuangan tersebut. Dalam kongres ini pula dikenalkan kata "Indonesia" melalui rumusan teks sumpah pemuda dan lagu Indonesia Raya.
Peristiwa ini menegaskan betapa peran pemuda sangat berarti memerdekakan bangsa ini. Mereka berjasa melahirkan konsep persatuan dan kesatuan. Ditilik dari usia para pemuda yang hadir dalam kongres berkisar antara 15 sampai dengan 28 tahun (Agung Pribadi; Gara-gara Indonesia). Menunjukkan pemuda waktu itu telah memiliki kematangan berpikir melampaui usia mereka.
Kematangan berpikir yang secara umum terbentuk antara usia 35-40 tahun, oleh pemuda pada waktu itu bisa terbentuk lebih cepat dari biasanya. Mereka mampu melihat akan seperti apa Indonesia setelah merdeka. Mereka membangun kesadaran yang nantinya menjadi lokomotif perubahan dan kemerdekaan. Perjuangan ini pula yang mengantarkan Indonesia berani memproklamirkan kemerdekaan.
Tinta sejarah mencatat karena desakan pemudalah Bung Karno berani memproklamirkan kemerdekaan. Beberapa hari sebelum proklamasi, para pemuda mengadakan pertemuan. Meminta Bungkarno dan para tokoh lainnya berani mengambil sikap. Dengan pertimbangan keamanan, Bungkarno diamankan Sukarni demi cepatnya proklamasi. Maka pada hari yang ditentukan proklamasi berhasil dibacakan.
Bila dikorelasikan dengan pemuda  pasca_merdeka tentu sangat terkait. Pemuda pasca_merdeka dan pemuda pasca_ reformasi juga turut mewarnai wajah negeri ini. Bagaimana digdayanya orde baru, oleh para pemuda pula dapat ditumbangkan.
Pasca_reformasi pemuda mempunyai andil menuntut kebebasan pers. Meruntuhkan dinding congkak status quo. Berlomba mengubah negeri ini dengan menjadi kader partai politik atau mendirikan partai politik. Dapat dilihat mereka yang saat ini menjadi pejabat di eksekutif mau pun legislatif adalah out put dari pergerakan pemuda.
Setelah reformasi memasuki usia dua dasawarsa, pergerakan pemuda juga memulai babak baru. Mereka tidak hanya terjun ke politik. Tetapi juga merambah dunia entrepreneur dan teknologi informasi. Untuk yang tersebut terakhir, para pemuda berpotensi mengubah wajah Indonesia bahkan dunia.
Potensi tersebut bukan isapan jempol belaka. Fakta  telah berbicara bahwa pemuda Indonesia  mendunia. Melalui berbagai inovasi dan prestasi pemuda Indonesia menunjukkan jati diri. Mereka menjadi buruan perusahaan internasional negara maju.
Tidak hanya itu, pemuda zaman now mampu mensinergikan antara iptek dengan alqur'an. Sesuatu yang selama ini dianggap tidak bisa disatukan. Bila diseksamai banyak pemuda penghafal qur'an yang juga seorang insinyur, pakar IT, animator, maupun seorang ekonom.
Fenomena ini menarik karena sejalan dengan ucapan terkenal Bung Karno. Bapak proklamasi itu pernah mengatakan, "beri aku sepuluh pemuda, akan kuguncang dunia." Tentu yang paling membanggakan adalah pemuda Indonesia nantinya bisa sebagai pioner perubahan.
Merubah wajah kusam peradaban melalui pemuda berintegritas. Pemuda penghafal qur'an sekaligus seorang ilmuwan. Tidak tergiur dengan iming-iming kekuasaan. Rasa takutnya kepada Allah lebih tinggi daripada takutnya kepada sesama makhluk. Maka generasi emas tahun 2030 dapat tercapai.
Wallahu'alam
Lombok Tengah, 271023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H