Kaum santri merupakan kelas masyarakat terdidik Indonesia yang berperan besar atas lahirnya Indonesia. Darinya semangat nasionalisme digelorakan(Taufik Hakim Dalam Buku; Kiyai Sholeh Darat dan Dinamika Politik di Nusantara Abad XIX-XX M).
Tinta sejarah mencatat bahwa kaum santri pelopor perjuangan melawan kezaliman penjajah. Baik perjuangan fisik ataupun melalui organisasi. Tengok ke belakang sebelum masa pergerakan. Kaum santri seperti Pangeran Diponegoro dari Jawa, Tuanku Imam Bonjol dari Minangkabau, Teuku Umar dari Aceh, dan banyak lainnya.
Begitu pula di masa jelang kemerdekaan panitia sembilan atau founding father, perwakilan islam perumus pancasila merupakan kaum santri militan. Militansi terbentuk dari jiwa raga yang kuat. Serta kecintaan terhadap dien dan bangsa. Sehingga pada aspek ini Keindonesian dan Kesantrian bertitik temu.
Lain masa perlawanan Diponegoro lain pula masa mempertahankan Kemerdekaan. Kita mengenal Jendral Soedirman. Literatur menyebutkan, Jendral Soedirman juga seorang santri yang taat. Seorang guru sekolah Muhammadiyah. Aksi Gerilya beliau bersama pasukannya menjadi cikal bakal terbentuknya Tentara Nasional Indonesia.
Aksi paling heroik dari kaum santri dalam mempertahankan kemerdekaan adalah fatwa jihad KH. Hasyim Asy'ari. Mewajibkan kaum muslimin Indonesia dalam radius 100 km dari basis perlawanan untuk jihad fi sabilillah mempertahankan kemerdekaan. Koran Kedaulatan Rakyat menurunkan headline berjudul: "60 Miljoen Kaum Moeslimin Indonesia Siap Berjihad Fi Sabilillah!"(Dr. Adian Husaini;Jadilah Santri-Santri Pejuang)
Kita korelasikan dengan masa mengisi kemerdekaan, Santri telah menempatkan putra-putra terbaiknya sebagai pemimpin negeri. Sosok dari Gus Dur dan KH. Ma'ruf Amin merupakan representasi dari santri terbaik .
Dari pra-kemerdekaan hingga pasca-kemerdekaan santrilah yang merawat tenun kebangsaan. Mereka pula yang pernah melahirkan santri generasi emas pertama. Santri pejuang dan santri pemenang.
Terbukti hingga kini santri konsisten berkhidmat bagi negeri. Di tengah perang pemikiran ataupun proxy war di tangan santrilah tantangan global yang berpotensi mereduksi tatanan di negeri ini nantinya semuanya terbendung.
Karena itu Hari Santri tahun 2023 mengangkat tema JIHAD SANTRI JAYAKAN NEGERI sangat relevan. Meski Pandemi telah berakhir, santri siap berjihad, memproteksi setiap ancaman baik yang datang dari dalam dan luar.
Kini di zaman postmodern saatnya mencetak santri generasi emas jilid 2. Bonus Demografi penduduk Indonesia hampir setengah populasi adalah mileneal termasuk santri di dalamnya. Jika dikelola dengan baik, kelak pada tahun 2045, usia seabad Indonesia, Santri melahirkan Generasi Emas Jilid 2. Wallahu'am.
Sebagai penutup saya ucapkan "SELAMAT HARI SANTRI NASIONAL JIHAD SANTRI JAYAKAN NEGERI RAGA (2023)". Seraya  menyematkan serenda puisi AKROSTIK GANDA
Helaan napas memburu ilmu qur'an dan suna(h)
Alunan shalawat nariyah alunkan nad(a)
Rindu syafaat Rasul bergeta(r)
Indah taman firdaus pasti dinant(i)
Semangat berpeci bersarung tak boleh bia(s)
Ayo singsingkan tangan bela agama dan bangs(a)
Nilai tauhid teguh dalam kepala(n)
Tak peduli hegemoni asing menyaya(t)
Ridha Allah menjelma paga(r)
Ilmu dan amal pun jadi perisa(i)
Noda-noda membekas di bahu zama(n)
Alangkah tak eloknya berpaling muk(a)
Sabetkan pedang santri setrenggina(s)
Induk semang angkara harus dibasm(i)
Ombangambing pergaulan berlibid(o)
Namun satria santri mampu melawa(n)
Ahlussunnah Waljamaah jadi mestik(a)
Libas angkaramurka yang kian beba(l)
Lombok Tengah, 221023
#Literasi
#HariSantri2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H