Perlunya sosok ketua yang independen agar sepakbola tidak dipolitisasi. Sebab bukan rahasia lagi, selama ini jabatan Ketua PSSI jadi batu loncatan elite menaikkan elektabilitas lagi. Pun kegaduhan mengenai polemik penggunaan Jakarta Internasional Stadium (JIS) sebagai venue Piala Dunia U-17 tidak terlepas sepakbola yang terpolitisasi.
Kedua, pembinaan suporter. Tragedi Kanjurahan tak boleh dilupakan sekaligus jadi pelajaran pembinaan suporter dengan pendekatan kekeluargaan. Memberdayakan dengan peningkatan literasi sepakbola perihal hak dan kewajiban suporter.
Ketiga, meningkatkan literasi sepakbola pelatih dan wasit. Berbicara literasi sepakbola berarti pelatih dan wasit dituntut penuh berkompeten dalam urusan sepakbola baik teknis maupun non teknis. Fakta menyebutkan banyak wasit liga Indonesia tidak berkompeten (penelitian Football Institute, dimuat kompas). Dari 160 wasit hanya 18 wasit yang memenuhi kualifikasi (bolasport.com).
Kaitannya dengan pelatih, seorang pelatih mesti bisa meracik strategi bukan saja di atas kertas tapi dalam tataran praksis. Seorang Roberto Mancini sebelum dinyatakan lulus sebagai pelatih, ia harus membuat makalah terkait strategi dan uraian implementasinya di lapangan.
Keempat, adaptabel, artinya keberanian untuk menyesuaikan diri serta keberanian keluar dari pakem. Merujuk pada Filosofi Sepakbola Indonesia (Filanesia) Bab 2 yang disusun pada pengurusan periode 2016-2020 lalu bahwa karakteristik sepakbola Indonesia adalah kolektivitas tim  dan menerapkan reactive play.
Contoh beberapa negara raksasa sepakbola dunia yang adaptif dan keluar dari pakem seperti Brasil (tak lagi identik dengan khas samba), Inggris (tak lagi mengandalkan kick n rush dengan bola-bola panjang), terbukti Inggris mampu menaklukkan Jerman dua gol tanpa balas pada Piala Eropa tahun lalu. Keberhasilan Italia menjuarai Piala Eropa  juga tidak terlepas dari keberanian mereka bermain meninggalkan ciri khasnya.
Justru yang tak adaptif sepertu Spanyol dengan tika-takanya sering melempem menghadapi tim bergaya defensif. Â Begitu pula dengan Belanda, sepak bola ala Total Footballnya Rinus Michel dan Johan Cryuf, belum mampu mengantarkannya jadi Juara Dunia.
Sedangkan yang terkahir, sepakbola nasional meski melakukan alih teknologi/skill dengan negara-negara raksasa sepakbola. (Langkah kelima sedang berjalan dan diupayakan terutama kaitannya dengan teknologi VAR).
Keberhasilan transformasi sepakbola nasional nanti sangat tergantung dengan komitmen bersama para stakeholder menjalankannya. Seturut dengan status tuan rumah, timnas Garuda U-17 diharap mampu bertransformasi sehingga minimal Indonesia menjadi semifinalis. Allahu'alam.
Lombok Tengah, 040723
Dari Pencinta Sepakbola