"Kalau itu sih soal gampang, Ulin," meyakinkan ajakan temannya. "Kau kan tahu, bagaimana aku punya bakat mempengaruhi orang lewat sebuah obrolan,"Yanto tertawa, memperlihatkan gigi gingsulnya. "Kita impas jadinya,Ulin."
Ulin tertawa mengingat kenangan lima tahun lalu ketika nekat mengajak Yanto bekerja di homestay. Yanto yang beberapa bulan nekat menikah walau tak punya pekerjaan tetap, selalu disindir mertuanya gara-gara tak bekerja. Karena kasihan, Ulinuha akhirnya mengajak temannya jadi pelayan homestay. Padahal homestay saat itu tidak membutuhkan tenaga baru. Ia mengimingi Yanto bekerja jika temannya bantu bayar tagihan listrik sebesar 400 ribu.
Konyolnya belum segenap setahun bekerja sebagai pelayan di homestay, Yanto diberhentikan. Pemiliknya tak menyukai cara kerja Yanto. "Kau tak lulus training, terlalu banyak cakap, empat bulan kuperhatikan kinerja kau, tak ada perkembangan, maka kau dianggap mengundurkan diri,"panjang lebar pemilik homestay menjelaskan.
Tak berapa lama kemudian Yanto bekerja sebagai pelayan warung bakso. Konon ia bisa kerja di sana karena dimasukin tantenya yang juga jadi juru dapur warung bakso tersebut.
***
Ulin ditemani Yanto segera membereskan sisa-sisa mangkok di meja yang telah kosong. Dari empat meja panjang berbentuk persegi, tersisa satu meja masih ditempati lima orang yang tengah asyik mengobrol.
Dua orang berambut sedikit plontos, dua orang lainnya berambut sebahu, sisanya berambut klimis dan rapi.  Menilik dari pembicaraan, mereka sedang kopdar  kecil-kecilan mengenang masa SMA setelah sekian tahun terpisah oleh jarak dan waktu.
Sembari menunggu pengunjung tersebut menghabiskan jamuan, Ulin menggambil remote control TV. Mencari berita terkini. Salah satu stasiun tv swasta menayangkan Breaking News salah seorang pegawai sebuah instansi pemerintah kena ott KPK kasus gratifikasi.
"Inilah Indonesia, Ulin, nyaris dalam satu tahun ada saja kasus ott,"Yanto mengambil tempat duduk bersisian. Membelakangi lima orang pengunjung yang masih asyik masyuk mengobrol.
Ulin tak menanggapi perkataan Yanto matanya awas menatap tv yang nangkring pada dinding. Posisinya persis di tengah ruangan. "Sepertinya aku pernah lihat Bapak ini,Yan,"tanpa menatap koleganya yang juga sedang menyeksamai berita. "Nah benar, Yan, sekarang kuingat, Bapak itu dulu pernah nginap di homestay, Â Bapak itu pernah cerita tanpa kuminta, katanya ia kerja di kantor tempat bikin ktp. Bahkan ia bilang kalau mau ngurus perubahan kartu keluarga, akta lahir, atau pembuatan e-KTP lewat beliau saja, dijamin langsung jadi tanpa ngantri asal diberi uang rokok."
"Hah, kebetulan sekali kartu keluarga di rumah mau diperbaiki, anakku yang nomor dua belum dimasukkan, tapi sayangnya Bapak itu kena tangkap,"Yanto berseru kecewa.