Mohon tunggu...
Kania Ayuninda084
Kania Ayuninda084 Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Make it awesome

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam yang Berwatak Tajdid

29 November 2022   07:00 Diperbarui: 29 November 2022   18:12 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muhammadiyah memiliki tantangan yang harus dihadapi yaitu penguatan basis religi yang ditopang oleh nilai-nilai sosial dan keagamaan serta penguatan basis iptek akibat tingginya tingkat persaingan di segala lapisan masyarakat. Model yang sangat tepat dari gerakan Muhammadiyah yang berkaitan dengan cita-cita awalnya adalah modernisasi. 

Modernisasi (pembaharuan) adalah gerakan pembaharuan pemikiran Muhammadiyah untuk mencari solusi atas berbagai persoalan yang mereka hadapi yang menunjuk kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai titik tolak atau landasan yang sekaligus memberikan arah, ke arah itu. 

Ide harus dikembangkan. Istilah tajdid berasal dari bahasa arab Jaddada yang berarti pembaharuan atau menjadikan baru. Apa yang diperbarui atau diubah tidak terdapat dalam Al-Qur'an atau Hadits, tetapi merupakan hasil dari pemahaman Al-Qur'an dan Hadits. 

Ditinjau dari segi etimologi, tajdid berarti pembaharuan, inovasi, pemugaran, modernisasi, penciptaan sesuatu yang baru, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pengertian tersebut. Jika dikaitkan dengan pemikiran tajdid dalam Islam, maka tajdid adalah upaya para intelektual Islam untuk memperbaharui pemahaman dan penghayatannya terhadap agamanya dalam menghadapi perubahan dan perkembangan masyarakat.

Muhammadiyah sebagai gerakan yang bersifat tajdid didasarkan pada tiga faktor, yaitu:

  • Pemahaman atau penafsiran suatu doktrin transendental tidak mutlak benar, hanya mutlak kebenaran doktrin itu sendiri. Dalam Islam, topik ini berkaitan dengan keyakinan terhadap konsep nabi terakhir pada diri Rasulullah. Menurut konsep ini, wahyu otomatis berakhir pada Nabi sendiri. Dengan kata lain, tidak ada otoritas yang memiliki bobot dan prestise yang setara dalam hal memahami setiap ajaran yang bersumber dari wahyu otoritas Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir. Konsekuensi dari pandangan ini adalah otoritas seseorang dalam bidang penafsiran Al-Qur'an dengan bantuan sunnah dan sejarah dipahami dengan cara yang terpisah dari persoalan yang dihadapi.
  • Islam bertujuan untuk menciptakan sistem sosial-politik atas dasar moral dan etika yang kuat untuk mengaktifkan prinsip  rahmatan lil alamin bagi orang-orang yang dapat dipercaya dalam ruang dan waktu.
  • Tajdid pemikiran dan praktik Islam ditunjukkan oleh para sahabat, khususnya Umar bin al-Khattab, yang mengubah kebijakan Nabi mengenai masalah tanah di Irak dan Mesir, yang dikuasainya setelah perang, dan para pejuang Islam memenangkan perang tersebut.

Model-model tajdid dalam Muhammadiyah

  • Konkrit dan produktif , yaitu melalui amal usaha yang telah mapan, hasil nyatanya dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh umat Islam, bangsa Indonesia, dan umat manusia di seluruh dunia.
  • Terbuka, yaitu Muhammadiyah mampu mengantisipasi perubahan dan kemajuan yang ada di sekitar kita. Misalnya, seseorang dapat menggunakan rumah sakit dan kampus universitas. Jika Muhammadiyah mendirikan lembaga ekonomi, perdagangan atau jasa, maka siapa saja yang membutuhkan dapat menjadi pelanggan, mitra, dan konsumennya.
  • Fungsional dan sejalan dengan cita-cita Muhammadiyah untuk menjadikan Islam sebagai agama yang berkemajuan dan berbudi luhur yang selalu hadir sebagai solusi berbagai masalah, baik masalah kesehatan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.

Oleh karena itu, tajdid di bidang muamalah didasarkan pada upaya dinamisasi, elaborasi, dan perubahan untuk mencapai pencapaian kualitas. Sedangkan dalam bidang akidah dan ibadah, buaiannya bukan dalam artian dinamika, melainkan pembaharuan yang berwajah tajrid, yaitu pemurnian atau purifikasi ajaran Islam yang berarti kemandirian dari apa yang dapat dirujuk dalam Al-Qur'an dan hadits atau contoh Nabi Muhammad SAW. 

Kekuatan tajdid di Muhammadiyah terletak pada upaya menjaga keseimbangan antara pemurnian dan dinamisasi per ranah. Munculnya gerakan pembaharuan di Muhammadiyah merupakan jawaban atas tantangan kemunduran yang dialami umat Islam atau tantangan kemajuan mereka. Muhammadiyah dengan tajdidnya akan selalu relevan dengan perubahan yang akan terjadi. 

Tajdid bagi Muhammadiyah merupakan alat yang dirancang untuk mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tajdid sebagai suatu metode atau media yang sangat diharapkan mampu menyelesaikan masalah dan meremajakan meskipun sama sekali baru. 

Dalam hal ini Muhammadiyah tidak akan kehilangan peran vitalnya dari permukaan, jika permasalahan yang dihadapinya dapat diselesaikan dengan baik. Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid berarti adaptasi masalah agama dan sosial ke bidang sejarah empiris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun