Mohon tunggu...
Kania Ajeng Septianti Hidayat
Kania Ajeng Septianti Hidayat Mohon Tunggu... Perawat - ✨

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pelajaran hidup

8 Februari 2021   22:23 Diperbarui: 8 Februari 2021   22:34 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Nama : Kania Ajeng Septianti Hidayat

Kelas  : 12 MIPA 5

Malam ini entah mengapa terasa lebih dingin dari malam sebelumnya. Rumahku yang jauh dari kota dan keramaian membuat suara jangkrik di luar dan suara detik jam dinding sangat terdengar seperti berlomba-lomba siapa yang tercepat.

Dingin malam ini serasa menusuk ke sekujur tubuhku aku membisu dan terus memandang keluar jendela memandang kegelapan di luar sana aku sendiri tak mengerti kenapa aku lebih tertarik memandang keluar ketimbang melakukan hal lain.


Hidup bagai roda yang berputar. Itulah kalimat yang sering ku ingat. Jalan kehidupan seorang manusia tidak akan ada yang tahu kecuali Tuhan karena semua sudah tertulis menurut qadrat-Nya. Selama hidup, manusia tidak selalu berada di atas terkadang kita berada di bawah. Hidup tidak semulus jalan tol, dijalan tol hampir tidak ada sesuatu yang menghambat perjalanan sedangkan jalan raya pasti selalu ada hambatan entah itu macet, jalan berlubang ataupun polisi tidur.


Terlepas dari itu manusia merupakan makhluk sosial, kita kadang tidak bisa bergantung pada diri sendiri oleh karena itu setiap manusia saling bergantung satu sama lain. Kita membutuhkan satu sama lain dalam hal apapun  itu.


Banyak sekali hal yang teringat saat situasi seperti ini. Hal buruk yang pernah ku alami di masa lalu sampai hal baik yang ku alami. Entahlah tetapi aku suka mengingatnya meski kadang menyakitkan tetapi ku nikmati itu karena itulah yang mendewasakan ku.


Saat itu seperti hari kiamat bagiku. Tidak ada yang menyangka kedua orang tuaku memutuskan untuk berpisah saat aku berumur 17 tahun. Tujuh belas tahun adalah masa penting perkembangan anak dan sangat membutuhkan bimbingan serta dukungan dari kedua orang tua. Terlebih aku adalah anak tunggal perempuan. Sangat terasa sekali beban dan tuntutan itu karena hanya aku harapan mereka.


Tidak terasa aku memandangi langit hampir 3 jam sekarang pukul 23:57 dan aku segera bersiap untuk tidur karena harus bangun pagi untuk menghadapi dunia yang penuh dengan kejutan ini.


Pukul 03:00 pagi aku bangun dan bersiap pergi kesekolah. Namaku Anita Kayla Baharudin sekarang umurku 18 tahun. Ya aku sekarang berada di kelas 12. Aku merupakan anak tunggal perempuan.Sebagian orang mengatakan kalau hidup sebagai anak tunggal itu enak. Ada yang bilang kalo anak tunggal itu kalau minta apa-apa pasti bakal turutin, ga usah repot berbagi makanan dengan saudara dan banyak deh lainnya. Intinya bagi mereka hidup sebagai anak tunggal itu enak dan gak ada susahnya. Aku sendiri termasuk dalam golongan anak yang tak berkakak atau anak yang tak beradik alias anak tunggal. Hidup sebagai anak tunggal bagiku tidak sepenuhnya seperti yang orang kira, kalo minta apa-apa bakal diturutin tapi buktinya pas gue minta dan susahnya minta ampun buat dikabulin. Hidupku sebagai anak tunggal adakalah menjadi suatu kebahagiaan dan adakalanya menjadi suatu kesedihan bagiku. Kebahagiaan itu salah satunya adalah tidak usah berbagi dengan saudara. Ketika anak-anak lain harus berbagi dengan kakak atau adiknya, aku bisa menikmati itu semua sendirian.


Seperti yang aku bilang diawal tadi, salah satu kebahagiaan menjadi anak tunggal adalah kalau minta apa mesti diturutin. Mungkin ini bagiku kadang berlaku dan kadang tidak,  ketika aku kecil dulu memang benar kalo aku minta beli ini pasti dibeliin tapi belinya gak langsung, aku harus nunggu satu sampai dua bulan dulu dan kadang juga karena aku udah lupa orang tua gak jadi beliin. Mungkin hal itu dilakuin orang tuaku biar aku gak terlalu dimanja.


Salah satu kesan menyeramkan bagi seorang anak tunggal adalah ketika ada orang berkata ”minta adik”. Selain itu banyak sekali pertanyaan atau kalimat yang sama seperti itu. Setiap kumpul keluarga aku selalu saja ada kalimat seperti ini


“Sendiri ya ga enak kan gaada teman makanya ke ibu coba minta adik.” Kata paman


Ga tau kenapa semua orang yang mengetahui kalo gue anak tunggal mesti bilang seperti itu. Terus bagaimana tanggapanku ketika ada orang yang bilang seperti itu. Dulu aku Cuma bisa tersenyum atau bahkan menolak karena emang aku ga mau punya adik tetapi aku malah minta kakak hahaha lucu bukan. Aku kira pertanyaan itu hanya terjadi pas aku kecil, ternyata tidak. Aku yang udah gede segini masih ajah diberi pertanyaan horror-horor seperti itu.


Terlepas dari pertanyaan tersebut masih banyak yang aku alami sebagai anak tunggal. Selain kesepian, menjadi anak tunggal punya beban tersendiri karena hanya aku yang mereka harapkan jadi harus sadar bahwa aku harus membalas semuanya dengan yang diharapkan mereka.


Ditambah perceraian kedua orang tuaku. Saat itu seperti mimpi buruk aku tidak pernah menyangka kedua orang tuaku akan berpisah karena selama ini yang aku lihat tidak ada masalah tetapi siapa yang tahu di belakangku dan tanpa sepengetahuanku.


Ibuku seorang notaris dan Ayahku seorang pebisnis. Mereka berdua sibuk dan mencintai pekerjaan mereka. Mempunyai kedua orang tua lengkap dan memiliki satu anak aku kira itu akan terus berjalan mulus seperti di film-film keluarga kecil bahagia. Tetapi itu tidak terjadi padaku sebagai anak tunggal perempuan dan perpisahan orang tua itu adalah hal yang buruk bukan? Tetapi mungkin ini jalan yang terbaik untuk semuanya. Mungkin ayah dan ibuku sudah tidak sejalan jadi mereka memutuskan itu.


Seperti yang awal aku katakan manusia merupakan makhluk sosial. Disaat seperti itu aku sangat membutuhkan seseorang di sampingku. Nenek, nenek adalah temanku saat itu dia yang berusaha menenangkan ku dan memberiku penjelasan semuanya bahwa hidup tidak semua akan berjalanan sesuai keinginan.

Saat itu aku bertanya pada nenek.

" Mengapa ini terjadi padaku? "
" Mengapa harus kepadaku? "
" Mengapa tidak orang lain? "
" Mengapa mereka tidak peduli kepadaku? "
" Mengapa aku juga dilahirkan bila ini akan terjadi kepadaku? "

Sambil menangis dan berteriak.
Nenek menjawab dengan sabar dan pelan-pelan agar aku mengerti.

“ Ini semua sudah menjadi takdir dalam hidupmu. Sebelum kamu lahir bahkan sebelum manusia ada semua sudah tertulis oleh Allah. Tinggal bagaimana kita menyikapi semua ini. Hidup ada saatnya di bawah Anita, tetapi kita harus terus bangkit dan membuktikan pada semuanya bahwa itu akan baik-baik saja. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Allah tidak akan memberi masalah diluar kemampuan kita. Allah memberikan ini padamu karena kamu mampu melewati semua ini. Anita anak yang baik, shalehah, kuat dan cantik. “ Kata Nenek sambil memeluk dan mengelus kepalaku.

Setelah itu akupun mulai banyak memahami semuanya. Ya ini adalah jalan Yang terbaik untuk semua. Sejak setahun ibu dan ayah berpisah aku lebih memilih tinggal bersama nenek. Rasanya tidak adil jika aku harus memilih salah satu dari mereka karena aku mencintai keduanya. Jadi, tinggal bersama nenek adalah pilihanku.


Hari Sabtu aku mengunjungi ayah dan hari Minggu aku bertemu ibu. Hanya hari weekend kami bertemu karena kami sama-sama sibuk.
Selain Nenek, teman-teman disekolah akupun menemani dan membantuku. Mereka sangat baik dan mereka pantas di sebut teman. Mereka sangat menghiburku dengan hal lucu yang mereka lakukan.


Disekolah aku merupakan murid biasa layaknya senior yang sangat sibuk mempersiapkan segalanya untuk melanjutkan perkuliahan. Kami sangat sibuk saat itu mengerjakan portofolio dan menyiapkan untuk ujian sekolah, UTBK dan SBMPTN.


Aku merupakan siswi yang cukup baik dalam mata pelajaran tetapi masih banyak yang jauh diatasku. Mereka sangat pintar dan jenius. Kadang aku suka iri dan ga percaya diri karena merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka. Kadang aku juga merasa tidak berguna dan aku rasa aku tidak mempunyai bakat dalam bidang apapun padahal ini sudah semester akhir.


Tetapi aku terus berusaha. Aku melatih diriku, dan mengikuti tes-tes kecil sehingga ada peningkatan dan aku menemukannya. Aku bertekad akan menjadi dokter saat itu karena mereka keren dan pekerjaan itu sangat mulia.
Hari kelulusan pun tiba. Semua murid bersorak Sorai karena hari kelulusan tiba. Kami sangat senang kami bisa melewati semua itu. Aku diterima di Universitas impianku dan mengambil jurusan kedokteran. Akhirnya aku bisa mencapai itu aku sangat bangga pada diriku aku bisa membuktikannya bahwa aku mampu. Semua usaha yang aku lakukan tidak ada yang sia-sia.


Hiduplah seperti Larry maksudnya menjalani hidup secara maksimal ( all out ) tapi bukan berarti menghalalkan segara cara untuk mencapai tujuan kita. Untuk mencapai hidup secara maksimal bukan berarti juga tidak ada masalah. Tentu akan selalu ada karena kita tidak bisa menghindari garis takdir yang sudah dituliskan untuk kita. Tetapi bagaimana cara kita menanggapi itu semua, apapun risiko  dan masalah yang sedang dihadapi kita harus pandai menghadapinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun