Â
Semakin menguatnya otoritarian di dalam partai juga turut membatasi munculnya politisi muda dan handal untuk tampil dan mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah, sehingga mendorong dinamika politik menjadi biasa-biasa saja. Strategi untuk membuat koalisi besar pada priode 2019-2024 juga mendorong dinamika politik Indonesia juga tidak terlihat riuh akan ide dan gagasan yang membangun. Para anggota koalisi yang menang dibawah pemerintahan Joko Widodo terkesan hanya mementingkan kapling kuasa partai dan kelompok untuk pemilu 2024 tanpa harus mengkritisi kebijkan-kebijakan yang berjalan saat ini.
Â
Beberapa faktor ini kemudian kemungkinan besar akan mempengaruhi sikap dan animo masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu 2024 nanti. Selain itu jumlah penduduk usia muda yang masuk dalam Gen-Z juga memiliki pengaruh besar dalam dinamika politik Indonesia. Tokoh politik yang akan ikut dalam pemilu 2024 nanti kebanyak berasal dari generasi yang lebih tua dan sangat berbeda pandangan dengan generasi saat ini. Generasi millennial serta generasi Z yang terikat dengan gadget, banyak memiliki pandangan skeptik[4] terhadap kondisi dan keadaan politik Indonesia, atau dapat dibilang mereka tidak terlalu perduli dengan drama yang ditampilkan oleh generasi yang lebih tua.Â
Â
Perkiraan Calon Presiden 2024
Â
Politik Indonesia saat ini yang hanya didimonasi oleh keluarga-keluarga elit nasional sehingga hanya memberikan sedikit pilihan bagi rakyat untuk memilih calon presiden mereka. Disisi lain, kelompok-kelompok besar elit politik akan mencoba untuk mengurangi beban pemilu baik anggaran maupun risiko konflik seperti pada priode sebelumnya. Hal ini kemungkinan besar akan mendorong munculnya sedikit nama calon presiden dan calon wakil presiden pada pemilu kedepan. Setidaknya terdapat dua hingga tiga pasang calon yang akan bertarung di pemilu 2024.
Â
Jika Gerindra dapat berkoalisi dengan PDI Perjuangan sebagai partai dengan kursi terbanyak di DPR, maka kemungkinan besar ada dua pasang nama yang akan maju di tahun 2024 yang di dukung oleh koalisi PDI-Perjuangan-Gerindra serta koalisi lainnya yang mungkin di dukung oleh Nasdem-Golkar. Jika hal ini terjadi selain akan menurunkan beban anggaran negara, juga mengurangi konflik yang mungkin timbul di masyarakat karena berlarutnya masa pemilu.
Namun begitu, pemilu 2024 mungkin juga dapat berjalan tidak mulus, kita juga mungkin berkaca dari pemilu terdahulu, dimana para konstentan menggunakan strategi politik identitas yang mendorong keterbelahan masyarakat baik di kota maupun daerah. Bukan tidak mungkin strategi ini digunakan kembali pada pemilu 2024.Â