Pada masa ini, kelompok radikal yang muncul kebanyakan berasal dari kelompok kanan, dan identitas kesukuan.
GAM yang pada awalnya merupakan kelompok nasionalis lokal Aceh yang menginginkan kemerdekaan Aceh, kemudian berubah dan mengambil isu keagamaan sebagai identitas perjuangan mereka disamping juga menggunakan isu etnisitas yaitu persaingan Aceh dan Jawa.
Sedangkan konflik Ambon dan Sulawesi banyak menggunakan isu sentimen Agama antara Islam dan Kristen, sehingga muncullah organisasi-organisasi Jihad dan setidaknya menjadi cikal bakal kelompok yang lebih radikal di era reformasi ini.
Lalu siapa yang dapat mengontrol semua ini?
Tentu saja kelompok elit yang dapat mempengaruhi sisi permintaan dan penawaran dalam sektor keamanan, dan menginginkan bargain kuat terhadap faksi-faksi elit lainnya.
Seperti kata Jean-Baptiste Say "supply creates its own demand", sehingga mungkin saja, kita masih akan mendengar istilah-istilah "radikal" dalam pertarungan politik para rakyat jelita (elit) ke depannya.
--- Happy Weekend ---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H