Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dinasti Giriharja dan Dunia Pedalangan

21 Maret 2021   05:10 Diperbarui: 21 Maret 2021   05:52 10795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di antara para penerus Abah Sunarya, Ade Kosasih Sunarya dan Asep Sunandar Sunarya adalah yang bisa tingkat kepopuleran menyamai Abah Sunarya. Asep bahkan sempat mentas di beberapa negara Eropa.

Ada yang menarik dari 2 giriharja yaitu Ade (Giriharja 2) dan Asep (Giriharja 3). Konon menurut yang mpunya cerita, Abah meniup Ade pada bagian bibir dan lidahnya, sedangkan untuk Asep ditiup di bagian tangannya. 

Entah benar atau tidak cerita ini, tapi waktu membuktikan Ade Kosasih Sunarya kemudian terkenal menjadi dalang sohor karena keistimewaan suaranya saat memainkan wayang golek. Sedangkan Asep Sunandar Sunarya mencapai puncak kepopulerannya dengan kemampuan memainkan wayang golek dengan sangat atraktif. Aseplah yang mempelopori atraksi-atraksi wayang golek yang inovatif seperti tokoh "buta" (raksasa) yang muntah "mie". 

Asep juga sangat dikenal dengan "bobodoran" (lawakan) dimana cepot menjadi tokoh sentralnya. Penguasaan Asep terhadap ilmu agama Islam membawanya menjadi dalang yang "komplit". Dalam setiap pementasannya, ia menggabungkan gerakan wayang yang atraktif, bobodoran dan dakwah Islam. Di penghujung usianya Asep mendapatkan predikat ulama dengan sebutan KH Asep Sunandar Sunarya.

Giriharja berperan besar dalam upaya pelestarian seni pedalangan khususnya wayang golek. Di Jelekong tempat Abah Sunarya memulai kiprahnya sebagai dalang kondang, berdiri pusat pengembangan seni wayang golek yang bernama " Pesantren Budaya Giriharja". 

Sebuah padepokan dibangun dengan mendapat dukungan penuh dari Bupati Bandung Dadang M. Naser. Padepokan ini menjadi tempat pementasan wayang golek singkat (dengan durasi 1-2 jam saja) ketika ada kunjungan rombongan wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. 

Di pesantren  budaya ini dididik calon-calon dalang masa depan. Juga aspek-aspek lain dari seni wayang golek seperti sinden dan nayaga serta keterampilan membuat wayang golek. 

Pesantren Budaya Giriharja melengkapi Jelekong sebagai Kampung Seni dan Budaya yang menghadirkan sentra kerajinan wayang golek dan sentra seni lukis.

Kini Giriharja 1 sampai 3 sudah tiada, meninggalkan jejak pelestarian seni pedalangan khususnya seni wayang golek di tengah-tengah derasnya moderenisasi dan seni kontemporer. Di luar Lingkung Seni (LS) Pusaka Giriharja (Abah Sunarya), LS Giriharja 1, 2 dan 3, di Kampung Budaya Jelekong setidaknya ada 14 lingkung seni wayang golek Dinasti Giriharja yang dipimpin oleh dalangnya masing-masing. 

Giriharja tetap eksis di tangan generasi ketiga dari Abah Sunarya. Mereka tetap teguh dengan komitmen mempertahankan kelestarian seni wayang golek. Kampung Seni dan Budaya Jelekong dengan ikonnya Giriharja tetap menjadi kiblat dunia pedalangan dan seni wayang golek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun