Dadang Supriatna adalah salah satu sosok berkualitas. Mantan Kepala Desa ini berpengalaman 2 periode di DPRD Kabupaten Bandung dan pada pemilu legislatif 2019 menjadi pengumpul suara terbanyak untuk lolos ke DPRD Provinsi Jawa Barat. Pasangan ini diusung oleh pemilik 26 kursi dari 55 kursi DPRD Kabupaten Bandung. Selain 4 partai pengusung pemilik kursi dewan (PKB, Nasdem, Demokrat, PKS), pasangan ini didukung pula oleh 5 partai non parlemen yaitu Perindo, Hanura, Garuda, Berkarya dan PKPI.
Teh Yena, yang berpasangan dengan Atep Rizal (mantan pesepakbola), diusung oleh PDIP dan PAN dengan kekuatan 11 kursi DPRD. Dari Teh Yena, bisa diharapkan pengalamannya dalam dunia bisnis bisa menggerakan sektor ekonomi produktif yang terlanjur mati suri sebagai dampak pandemi covid-19. Kepemimpinannya dalam management bisnis dan organisasi profesi apateker yang digelutinya diharapkan dapat memberikan sentuhan profesionalisme dalam management pemerintahan khususnya dalam aspek pelayanan masyarakat.
Sementara itu dari Teh Nia, yang berpasangan dengan Usman Sayogi diusung Partai Golkar dan Gerindra, bisa diharapkan sentuhan halus seorang ibu dalam berbagai aspek pembangunan. Pengalaman sebagai aktifis Ormas MKGR, dinamika perpolitikan yang harus dihadapi oleh seorang kepala daerah tidak akan membuatnya kikuk. Pengalaman sebagai istri bupati 2 periode menjadi nilai lebih bagi Ketua MKGR ini dalam hal managerial pemerintahan.
Masyarakat Kabupaten Bandung mengenal Teh Nia sebagai perempuan yang rendah hati dan sederhana. Berkunjung ke rumah warga masyarakat biasa dan berbincang hangat dengan penghuni rumah kerap dilakukan. Statusnya sebagai Bunda PAUD menjadi modal baginya untuk bisa memahami persoalan anak balita, sehingga pencegahan stunting diharapkan bisa berjalan lebih baik.
Di kalangan anak muda, Sarjana Bahasa Perancis ini dikenal berjiwa milenial. Tampil di siaran radio dengan bahasa anak muda kerap dilakukan. Perhatiannya kepada anak-anak dan remaja antara lain dibuktikan dengan terwujudnya “Gedung Capetang” yang diinisiasinya. Capetang adalah akronim dari “calon pemimpin di masa datang”. Gedung yang berada di kompleks perkantoran Pemda Kabupaten Bandung ini, menjadi wahana untuk lebih menggali potensi anak di Kabupaten Bandung.
Dan yang tidak kalah pentingnya, Teh Nia dikenal sangat nyunda dan memiliki perhatian yang besar kepada budaya Sunda. Dengan begitu, ada harapan besar untuk semakin membuminya falsafah sabilulungan dalam gerak pembangunan di Kabupaten Bandung. Sabilulungan telah terbukti efektif mampu menggerakan partisipasi warga dalam pembangunan.
Mungkin sangat subjektif jika penulis sebagai warga Kabupaten Bandung sangat berharap salah satu dari kedua ibu di atas dapat tampil sebagai kepala daerah sekaligus menjadi Indung Bandung. Menjadi indung bagi seluruh rakyat Kabupaten Bandung, seperti digambarkan dalam “mamaos” (tembang Sunda) yang berjudul Pupunden Ati karya Ny. Saodah Harnadi Natakusuma.
Duh anak ibu
nu geulis pupunden ati
geus bisa ulin
geus capetang jeung ngopepang
teu weleh deudeuh
najan bangor toloheor
tambah kanyaah
satingkah saparipolah
Jungjunan ibu
nu geulis pupunden ati
duh boga anak
indung wuwuh mikayungyun
reup geura kulem
geus peuting sepi ngajempling
diayun-ayun
barina dihariringan
Duh anak ibu
nu geulis pupunden ati
ibu ngahariring
lain hariring birahi
duh bari tembang
lain perbawa asmara
dieyong-eyong
lain ngeyong teu sabongbrong
Jungjunan ibu
nu geulis pupunden ati
nyaring ku nyaringna
sok inggis ulin teu puguh
duh hate indung
salempang pinanggih bahya
indung ngamongmong
nyaah suda ti karinah
Pupunden ati
najan rungsing matak pusing
da sakapeung mah
baringsang ngabarungsinang
mo laas welas
dirungrum reujeung diambung
bari ngadoa
sangkan mulya jeung jatnika.
< Kang Win, September 05, 2020 >
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H