Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Lord Atep, dari Si Kulit Bundar ke Kotak Suara

26 Agustus 2020   07:00 Diperbarui: 26 Agustus 2020   07:07 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabloid Nova - Grid ID

Rivalitas Persib dan Persija sudah menjadi warna dunia sepakbola Indonesia. Persib boleh tidak juara asal peringkat klasemen tidak di bawah Persija. Begitupun sebaliknya dengan Persija. Rivalitas yang menjadi daya tarik tersendiri dari kompetisi sepakbola tanah air di tengah-tengah  prestasi tim nasional yang enggan beranjak.

Jika rivalitas Persib dan Persija, dalam tataran klub hanya berlangsung selama 2x45 menit, tidak begitu dengan rivalitas suporter. Rivalitas suporter pendukung dari kedua klub telah menjadi sejarah buruk sepakbola tanah air. 

Jatuhnya korban jiwa dari Bobotoh (suporter Persib) maupun Jakmania (suporter Persija) dalam beberapa peristiwa, telah membuat miris tidak hanya para penggila bola tapi juga masyarakat umum.

Namun rivalitas dan permusuhan akut di antara kedua kelompok suporter di atas, ternyata tidak mampu mengalahkan romantisme dua insan.

Adalah sebuah lapangan di ujung Jl. Karapitan Bandung yang turut andil melahirkan kisah romantis itu. Lapangan yang dikenal dengan nama Lapangan UNI, merupakan markas dari PS UNI, salah satu pendiri klub perserikatan PERSIB BANDUNG. Sebagai pendiri dan anggota, PS UNI telah banyak menyumbangkan pemain binaannya yang kemudian menjadi andalan Persib. Salah satunya adalah ATEP.

ATEP, kelahiran Cianjur 5 Juni 1985 selama 3 tahun menjadi siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) UNI yang berlokasi di Lapangan UNI. Ilmu dan keterampilan bermain bola yang diasahnya selama 3 tahun di Lapangan UNI membawanya ke Persib. 3 tahun di Tim Persib Junior (2002-2004), Atep menyumbangkan satu Piala Suratin.

Bersama Eka Ramdani, rekan satu mess di SSB UNI, Atep menapaki karir senior. Jika Eka memulai karir seniornya di Persijatim, Atep memilih Persija, klub yang menjadi rival abadi Persib. Empat tahun di Persija (2004-2008) Atep tampil dalam 53 pertandingan resmi dan mencatatkan gol sebanyak 14. Kemonceran Atep sebagai gelandang serang Persija mengangkatnya ke Timnas Senior.

Bukan kiprahnya sebagai gelandang serang yang menarik dari karir Persija Atep. Tapi pandangan pertama sebagai rekrutan anyar, telah menyapu mata indah dari seorang dara yang setia menonton latihan Persija. Dia adalah Lilis Yamaini, gadis asli Jakarta yang anggota aktif The Jakmania. 

Beradu pandang pada pandangan pertama, diikuti kenalan dan berujung pertalian kasih. Pertalian kasih antara Pemuda didikan Lapangan UNI dengan gadis Jakmania.

Tahun 2008 Atep kembali ke pangkuan Persib. Atep pulang kampung tidak dengan tangan kosong. Selain status sebagai pemain Timnas hasil tempaan Persija, Atep membawa serta Lilis Yamaini Sang Pujaan Hati yang dinikahinya di musim pertama bersama Persib Senior. Lilis Yamaini kemudian betransformasi dari The Jakmania, pendukung fanatik Persija, menjadi bobotoh bagi Persib Sang Pangeran Biru.

Meski tidak lagi berseragam Timnas, Atep mencapai puncak karir sepakbolanya bersama Persib. Atep benar-benar membuktikan dirinya adalah Putra Jawa Barat yang sangat layak mengenakan Jersey Biru milik Persib. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun