Saya harus menunggu sampai terlewatinya  momen pukul 10.17 WIB untuk menulis artikel ini. Momen dimana seluruh Bangsa Indonesia diwajibkan berdiri tegak selama 3 menit dengan mengambil sikap sempurna, bersamaan dengan pengibaran Duplikat Bendera Pusaka Sang Merah Putih di Istana Merdeka.
Momen 3 menit dimana air mata haru tidak terasa  menetes membasahi pipi. Saya benar-benar terharu. Keharuan lebih dari biasanya dalam memperingati detik-detik Proklamasi Kemerdekaan.
Setiap memperingat kemerdekaan, saya senantiasa teringat kepada sebuah lagu berjudul "Dari Sabang Sampai Merauke" yang liriknya sebagai berikut :
Dari sabang sampai merauke
Berjajar pulau-pulau
Sambung menyambung menjadi satu
Itulah Indonesia
Â
Indonesia tanah airku
Aku berjanji padamu
Menjunjung tanah airku
Tanah airku Indonesia
Lagu yang merupakan "lagu wajib" ini digubah oleh R. Surarjo beberapa waktu setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia.
Yang dimaksud dengan lagu wajib adalah daftar lagu lagu yang wajib untuk dipelajari, dipahami serta dihayati isi serta maknanya oleh segenap pemuda serta pelajar di Indonesia.
Konon lagu DARI SABANG SAMPAI MERAUKE sebenarnya memiliki judul asli DARI BARAT SAMPAI KE TIMUR. Perubahan judul dilakukan tanggal 6 Mei tahun 1963 oleh Presiden Soekarno karena mempertimbangkan beberapa hal.
Dari Sabang sampai Merauke adalah Indonesia. Indonesia sebagai Bangsa dan Indonesia sebagai Negara. Sebagai Bangsa, Indonesia terlahir dari rahim Ibu Pertiwi yang mendiami Nusantara. Batak, Sasak, Melayu, Bugis, Sunda, Jawa, Bali, Papua adalah bagian dari lebih dari 300 etnis yang menjadi rahim bagi lahirnya Bangsa Indonesia. Bangsa yang mendiami lebih dari 17.000 pulau dengan lebih dari 700 bahasa etnis.
Itulah yang kemudian dikapitalisasi menjadi Bangsa Indonesia, melalui pergerakan-pergerakan nasional mulai awal abad 20 dengan mengambil tanggal pendirian Budi Utomo 20 Mei 1908 sebagai tonggak pergerakan yang berwawasan nasional. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, kemudian mengkristalkan pergerakan nasional menjadi keinginan luhur untuk menjadi satu bangsa, Bangsa Indonesia.
Bukan perkara mudah untuk menjadi sebuah bangsa yang satu. Politik divide et impera yang dikembangkan kaum kolonialis asing telah menyebabkan kentalnya suku, ras dan agama. Sementara kekuatan ekonomi yang ditopang dengan kekuatan senjata telah menyebabkan hegemoni asing atas tanah air Nusantara.
Namun semua itu tidak kemudian menyurutkan keinginan luhur untuk menjadi bangsa yang satu. Keinginan luhur yang hanya bisa diwujudkan melalui kemerdekaan. Kemerdekaan sebagai sebuah bangsa dari kolonialisme asing. Keinginan luhur yang disadari dan dihayati penuh oleh para tokoh pergerakan dan segenap anak bangsa.
Inilah makna penting dari penggunaan diksi "atas nama Bangsa Indonesia" dalam teks Proklamasi Kemerdekaan yang dibacakan oleh Bung Karno dan ditandatanganinya bersama Bung Hatta. Jadi Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah Proklamasi Kemerdekaan Bangsa. Proklamasi yang tidak serta merta membebaskan dari tekanan kolonialisme asing, tapi telah mengokohkan kita menjadi bangsa yang satu, Bangsa Indonesia.