Seorang kader politik bisa datang dari mana saja, selama potensial bisa memberikan manfaat untuk partai yang pada gilirannya bermanfaat untuk bangsa dan negara. Itulah yang harus menjadi sudut pandang utama dalam urusan kaderisasi dan estafet kepemimpinan politik.
Sikap apriori harus dijauhkan, agar kaum muda tidak memiliki keraguan untuk berkiprah dalam dunia politik dan kemudian sanggup menerima estafet kepemimpinan.
Sikap apriori masih melekat erat di tengah-tengah masyarakat. Melihat AHY semata-mata dilihat dari sudut status sebagai anak SBY. Juga melihat Gibran sebagai anak Jokowi.
Masyarakat tidak mau tahu, kenyataan bahwa pangkat mayor yang disandang AHY dalam karir militernya tidak berhubungan erat dengan statusnya sebagai anak SBY. Pada saat dia mencapai pangkat itu, banyak teman seangkatannya mencapai pangkat yang sama.
Dari sisi intelektualitas, AHY tidak perlu diragukan. Dia bisa meraih 2 gelar master dari 2 perguruan tinggi terkemuka di AS dan 1 gelar master dari salah satu universitas di Singapura. Jika sekarang dinilai belum menunjukkan kapasitas yang mumpuni sebagai Ketua Umum PD, biarlah waktu yang menempa dia sehingga saatnya kelak bisa berkontribusi besar bagi kemaslahatan bangsa dan negara.
Jangan ragukan kaum muda dalam perpolitikan. Karena kita butuh kaum muda untuk merawat keindahan Nusantara dan mengerek kebesaran bangsa dan negara.
Lihatlah Emil Dardak, misalnya. Kinerjanya sebagai Bupati Trenggalek banyak menuai pujian. Atau lihatlah Bima Arya yang sejak muda menjadi kader PAN. Dia mampu menembus dan menduduki lingkaran elit partai dalam usia yang relatif muda. Sebagai Walikota Bogor juga dinilai berhasil.
Emil Dardak, Bima Arya dan beberapa nama lain dari kaum muda, tidak pernah menjadi bahan keriuhan, karena mereka tidak kental sebagai “darah biru” partai. Tidak ada isue politik dinasti untuk mereka.
Darah biru, dunia usaha, perguruan tinggi, LSM, seniman dan budayawan, siapapun termasuk kalangan masyarakat biasa, adalah sumber yang tidak terbatas untuk kaderisasi kepemimpinan. Dari sumber-sumber itulah diharapkan muncul kaum muda yang potensial untuk saatnya menerima estafet kepemimpinan.
Dan alangkah indahnya ketika sebagian dari mereka bisa menerima estafet kepemimpinan dalam rentang usia muda. Muda dalam usia tapi matang dalam kepemimpinan. Semoga ……
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H