Pandemi covid-19 adalah berkah buat saya. Kok bisa ?
Apakah bisnis saya meraup keuntungan berlipat selama pandemi ? Atau saya menemukan ladang usaha baru yang berkaitan dengan pandemi ? Tidak, sahabat. Saya bukan bisnisman kok. Saya juga bukan termasuk manusia kreatif yang pintar memanfaatkan peluang usaha dalam situasi abnormal.
Tapi ada berkah yang saya dapatkan dari situasi pandemi. Apa itu ?
Situasi sulit yang saat ini kita sama-sama hadapi telah menunjukkan bahwa kebaikan itu masih ada, dan akan tetap ada dalam kehidupan kita.
Gotong royong yang menjadi bagian dari budaya kita, tetap menunjukkan perannya. Ketaatan dan kesiplinan, masih hidup dalam sebagian besar masyarakat kita, meski kadang tertutupi ulah sebagian kecil dari kita.
Keikhlasan menerima kesulitan hidup masih tertanam dalam jiwa masyarakat kita, meski kadang tertutupi oleh kegaduhan yang muncul dari ketidaksabaran.
Hal-hal tersebut, semestinya menjadi alasan untuk kita tetap optimis memandang masa depan. Kebaikan masih dan akan tetap hidup di tengah-tengah kita, yang akan merawat harapan kita. Ini hal besar, sahabat. Jangan kecilkan kebaikan dengan keburukan.
Keburukan, betapapun kecilnya, memang harus menjadi concern semua dari kita untuk menghilangkannya, setidaknya memagari untuk tidak menjadi lebih besar. Tapi membesar-besarkan keburukan, sejatinya adalah bentuk lain dari keburukan itu sendiri.
Berbagi kebaikan itu indah. Jadi kenapa harus berpaling kepada membesar-besarkan keburukan.
Semua dari kita bisa berbagi kebaikan, dalam situasi apapun, sesuai dengan kapasitas masing-masing. Tidak harus selalu dengan materi. Karena tidak semua dari kita punya kapasitas untuk itu.
Menulis adalah salah satu yang bisa dilakukan dalam kerangka berbagi.
Tulisan yang baik, kemudian dibaca orang lain, dan kemudian orang lain beroleh manfaat dari membacanya, itulah kebaikan. Berbagi kebaikan.
Dan itulah benefit utama bagi seorang penulis dengan tulisannya. Popularitas yang diraih, atau reward dalam bentuk rupiah, semestinya menjadi hal berikutnya, bukan hal pokok.
Berbagi kebaikan lewat tulisan, hanya mungkin dilakukan ketika kita concern kepada benefit utama tadi, seberapa besar pembaca beroleh manfaat dari tulisan kita. Tentang ini, terus terang saya terinspirasi tulisan yang indah dari Pak Tjiptadinata Effendi yang berjudul “Membuktikan Tulisan Kita Bermanfaat bagi Orang Lain” yang tayang di Kompasiana kemarin 17 Juni 2020.
Tulisan akan bermanfaat ketika tulisan itu ditulis dengan penuh tanggungjawab sehingga menghasilkan tulisan yang baik.
Bagi saya, tulisan yang baik tidak sekedar bicara kualitas. Karena kualitas itu sifatnya relatif , tergantung indikator yang yang menjadi parameternya. Kualitas itu juga bersifat subjektif, tergantung sudut pandangnya.
Tulisan saya yang seringkali belepotan, karena keterampilan menulis yang rendah ditambah wawasan yang sempit, bisa jadi dinilai baik untuk ukuran penulis pemula setingkat TK seperti saya. Tapi tidak kalau menggunakan parameter para penulis senior.
Bagi saya tulisan yang baik, harus mengandung unsur kebaikan, bahkan ketika berbicara tentang sebuah keburukan. Karena menulis adalah berbagi kebaikan.
Kebaikan yang bisa dibagikan lewat tulisan, bisa berupa pengetahuan baru. Pengetahuan tentang keindahan suatu tempat misalnya. Atau pengetahuan tentang dunia pengobatan. Atau bisa juga dengan peristiwa buruk yang baru terjadi. Semua bisa jadi pengetahuan baru, memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembacanya.
Tulisan yang baik bisa juga bersifat menghibur. Memberikan hiburan kepada pembacanya, sehingga bisa melupakan kesumpekan meski sejenak.
Tulisan yang baik, bisa juga bersifat pencerahan. Memberikan kejelasan, mendudukkan perkara yang lebih jelas atas sesuatu yang sedang menjadi viral misalnya. Atau meberikan masukan atas sesuatu yang kurang pas yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Apapun yang menjadi isi dari tulisan, selama ditulis dengan baik dan menghasilkan tulisan yang baik akan bermanfaat bagi orang lain. Menulis adalah aktifitas transfer kebaikan.
Kata kuncinya, menulis dengan rasa tanggungjawab dan menjadikan manfaat membacanya sebagai benefit utama.
Inilah yang saya dapatkan di Kompasiana. Begitu banyak saya beroleh manfaat dari membaca tulisan-tulisan sahabat Kompasianer, sejak rajin memelototi kompasiana sejak dua bulan yang lalu.
Sungguh berkah yang sangat besar bagi saya dari pandemi covid-19.
Salam hangat,
<Kang Win, Juni 21, 2020>
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H