Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Penulis Malas dan Sembrono

17 Juni 2020   01:00 Diperbarui: 17 Juni 2020   01:12 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bertanya pada diri sendiri. Memang ada penulis malas dan sembrono ?Ahh pertanyaan macam apa pula ini. Pertanyaan iseng barangkali. Ya betul sekali. Ini memang pertanyaan iseng.

Kalau dikatakan penulis malas, bisa jadi seseorang itu dianggap (bisa juga mengaku) sebagai penulis, tapi malas menulis. Menulis hanya sesekali. Banyak alibi yang dicuatkan atas ketidakproduktifannya dalam menulis. Misalnya, hanya menulis kalau mood lagi bagus. Atau hanya menulis kalau muncul ide.

Lah, kalau mood jelek terus atau ide tak kunjung muncul, kapan menulisnya.  Masih mendingan saya, bisa nulis satu tulisan per hari, meskipun harus bersusah payah berdarah-darah dan hasilnya begitu belepotan.

Bukan yang seperti itu, Penulis malas yang saya maksudkan dalam tulisan ini.

Penulis malas dalam definisi saya adalah penulis yang relatif produktif secara kuantitatif (jumlah tulisan) tetapi malas mencari referensi yang valid. Referensi itu bisa berupa buku, kamus, pendapat ahli, data statistik atau sumber berita. Masih banyak referensi lain selain hal-hal tersebut.

Akibat dari malas mencari referensi ini seringkali tulisan yang dihasilkan menjadi terasa “kering”. Tidak menarik kalau jujur dinilai. Memang ada (banyak) tulisan yang tidak membutuhkan referensi yang bersifat fisik (berbentuk buku, catatan, dokumen). Tapi ketika sebuah tulisan itu, membutuhkan pengayaan berupa rujukan, maka pencarian referensi mutlak harus dilakukan. Jadi referensi itu kebutuhan, bukan gaya-gayaan.

Sampai disini, sungguh saya angkat topi kepada beberapa penulis cerpen atau puisi, yang sejatinya tidak membutuhkan referensi, masih membuat footnote yang menyebutkan apa yang menjadi sumber inspirasi cerpen atau puisinya.

Lalu penulis sembrono. Apa pula itu. Dalam definisi saya penulis sembrono adalah penulis yang berani menulis sesuatu yang tidak dikuasainya atau dipahaminya dengan baik. Menulis adalah aktifitas transfer kebaikan. Kebaikan itu bisa berupa pengetahuan baru, bisa juga bersifat pencerahan.

Jadi kalau saya menulis sesuatu yang tidak saya kuasai atau pahami dengan baik, apa yang mau ditransfer ? Yang ada akan berdampak buruk bagi pembacanya atau setidaknya tidak memberikan apa-apa.

Kalau saya menulis yang seperti itu, maka seperti saya memberikan nasi yang belum matang. Nasi yang terlanjur tidak matang tidak bisa dibuat menjadi matang. Pilihannya hanya dua. Dimakan akan menyebabkan gangguan pencernaan, bisa juga gatal-gatal di (maaf) lubang dubur (keremieun, kata orang sunda). Atau pilihan kedua, dibiarkan tidak di makan. Tidak membuat kenyang tidak juga jadi penyakit.

Nah para pembaca, kalau ada yang paham tentang tipe-tipe penulis, mohon ditambahkan 3 tipe ini. Tipe malas, tipe sembrono, serta tipe malas dan sembrono. (Ahh ini usulan ngaco, yang tidak perlu diterima).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun