Keduanya berimplikasi sinergis kepada kerugian yang dialami manusia secara keseluruhan.
Yang paling sederhana misalnya, membuang puntung rokok dimana saja. Alam terbuka menjadi asbak super raksasa dari aktifitas merokok. Seorang perokok tidak merasa berdosa buang puntung rokok ke selokan, atau ke rerumputan di taman. Seorang perokok yang kebetulan jadi pencinta alam abal-abal tidak merasa berdosa buang puntung rokok yang masih nyala sehingga menyebabkan kebakaran semak belukar. Seorang perokok bisa menikmati rokok sambil menggendong anaknya yang masih bayi.
Itu contoh yang sederhana saja. Apakah hal seperti ini terjadi karena ketidaktahuan tentang bahayanya merokok ? Menurut saya tidak. Ini persoalan perilaku buruk.
Kampanye bahaya merokok seserius apapun dilakukan akan mendapat respon luar biasa ringan dari para perokok. Misalnya ungkapan “belum pernah ada televisi yang memberitakan orang meninggal selagi merokok, tetapi justru banyak yang meninggal selagi sholat”. Bahkan kalangan santri punya anekdot “satu-satunya barang makruh yang ada di syurga adalah rokok, tapi untuk menyulutnya harus ngambil api dari neraka”.
Di sinilah pentingnya kita merubah paradigma itu. Jangan lagi berpikir menghapuskan rokok dari kehidupan masyarakat. Terlalu kompleks urusannya.
Kampanye pembatasan rokok harus ditekankan kepada perubahan perilaku itu. Apakah mungkin ini dilakukan ? Menurut saya sangat mungkin.
Pengalaman yang saya ceritakan di atas menunjukkan bahwa kita sangat bisa untuk berperilaku baik dalam merokok ketika berada di negara lain yang memiliki norma yang dipatuhi oleh masyarakatnya.
Kuncinya adalah norma. Norma yang bersifat hukum positif berbentuk peraturan perundang-undangan yang diimplementasikan secara sungguh-sungguh oleh semua pemangku kepentingan. Norma yang bersifat sosial, dimana masyarakat secara keseluruhan menjadi pengawalnya.
Bagi para perokok sendiri, harus membangun kesadaran bahwa berperilaku baik dalam merokok merupakan "aktifitas sehat". Tidak harus selalu (meski lebih bagus lagi) memikirkan untuk berhenti merokok.
Kekuatan pikiran, dengan berpikir positif bahwa itu bisa dilakukan dengan mudah. Cerita tentang kawan saya yang sangat sering meludah di atas, adalah bukti bahwa dengan kekuatan pikiran kebiasaan buruk itu bisa ditinggalkan dengan mudah.
Semoga kita bisa melakukannya. Syukur bila bisa berhenti dari merokok.