Tahun 1998 itu saya mendapat penugasan dari Depkop (sekarang Kemenkop UKM) untuk menjemput 5000 ekor sapi yang akan didistribusikan kepada petani peternak di Jawa Timur. Untuk kepentingan itu, saya membawa serta seorang yang paling jago dalam urusan perawatan sapi.Â
Dia bukan seorang sarjana peternakan bukan juga dokter hewan, hanya seorang tenaga kandang yang karena pengalaman dan ketekunannya menjadikan dia sangat ,.
Ada kebiasaan buruk dari dia, yaitu kebiasaan (maaf) meludah dengan frekuensi yang sangat sering. Anehnya kebiasaan itu hanya terjadi (dilakukan) ketika di posisi outdoor. Ketika ada di sebuah ruangan berapa jam pun, dia bisa tahan tidak meludah.
Jadi berjam-jam di Pesawat  Surabaya – Perth sama sekali tidak meludah. Yang luar biasa selama 3 hari di Perth melaksanakan tugas seleksi sapi dan loading ke kapal pengangkut, yang tentu saja ini aktifitas outdoor dia bisa tahan tidak meludah.Â
Saya hanya mengingatkan dia sebelumnya, bahwa kita lagi berada di negara orang. Disini sangat tidak disukai kalau ada orang meludah sembarangan.
Ada banyak pengalaman lainnya tentang merokok ini yang terlalu panjang untuk diceritakan di sini.
Pada intinya saya ingin menggarisbawahi  hal penting tentang merokok ini yakni persoalan perilaku.
Terlepas dari leluasa atau tidak leluasa, efektif atau tidak efektifnya peraturan dan kampanye tentang rokok, maka persoalan utama dari merokok menurut saya bukan bahaya merokok akan tetapi perilaku buruk dalam merokok. Pernyataan ini merupakan sebuah pengakuan dosa dari saya sebagai perokok aktif.
Ini tidak berarti mengesampingkan bahaya merokok. Tapi bukankah kita tahu dan harus mengakui kenyataan bahwa peraturan pembatasan merokok di area publik dan kampanye anti rokok hampir tidak ada pengaruh terhadap pengurangan jumlah perokok maupun produksi rokok itu sendiri.
Terkait dengan hal itulah maka yang harus dilakukan dalam urusan merokok ini adalah merubah paradigma. Dari paradigma bahaya rokok menjadi paradigma perilaku buruk. Merubah perilaku buruklah yang harus menjadi prioritas, sedangkan isue bahaya rokok harus ditempatkan sebagai pengetahuan dasar.
Apa perilaku buruk dalam merokok itu ? Jawabannya hanya dua, yaitu pertama, merokok sembarangan. Yang kedua, Â mengabaikan kepentingan orang lain. Sederhana bukan ? Namun, tidak sesederhana itu persoalannya.