Ini hanya uneg-uneg dari seorang anak bangsa. Karena itu mohon maaf kalau tulisan ini tidak merefers kepada sumber data atau sumber berita, baik sumber yang valid maupun yang abal-abal.
Eh kenapa pula harus minta maaf ya. Toh sekarang ini jamannya dimana sumber data dan sumber berita menjadi sesuatu yang tidak penting lagi untuk jadi dasar kita mau ngomong apa.
Toh sekarang jamannya orang bisa ngomong asal jeplak aje. Tanpa harus mempertimbangkan ini itu, tanpa harus mereferensi dari apapun. Yang penting happy, eh heboh bin viral.
Lihatlah para pakar itu, para terkemuka itu, bisa mengkritik habis-habisan sembari lupa mereka itu sebagian besar akademisi yang mestinya tahu sebuah kritik senantiasa harus didasarkan kepada kondisi objektif. Mereka lupa bahwa tujuan kritik adalah membuat sesuatu menjadi lebih baik, bukan untuk membuat kegaduhan.
Namun setelah dipikir-pikir, saya memang tetap harus minta maaf seperti di awal tulisan ini. Karena saya tidak mau disamakan dengan para terkemuka itu.
Waduh, baru urusan minta maaf aja sudah panjang begini. Semoga pembaca tidak cape bacanya ya.
Hari-hari ini kita menjadi saksi betapa covid-19 menjadi pusat perhatian kita semua. Sesuatu yang wajar mengingat covid-19 telah berpengaruh secara signifikan dalam kehidupan kita.
Saya tidak ingin lagi membahas bagaimana covid-19 ini mempengaruhi kehidupan keseharian kita sebagai masyarakat warga. Berbagai pemberitaan, berbagai essay, bahkan karya sastra semacam puisi dan cerpen, telah lebih dari cukup menggambarkan itu semua.
Saya ingin mengajak pembaca untuk melihat hal-hal aktual dari sisi lain.
Setidaknya ada 3 hal aktual untuk kita jadikan titik pandang. Pertama terkait dengan kenaikan iuran BPJS. Kedua terkait dengan dikeluarkannya PP mengenai Tapera, dan ketiga terkait pembahasan RUU Pemilu 2024.
Kritik terhadap kenaikan iuran BPJS terutama berkaitan dengan momen pemberlakuannya di tengah-tengah pandemi covid-19, apalagi jika mengingat bahwa kenaikan iuran yang diberlakukan tahun lalu telah dibatalkan oleh MA. Hal lain yang menjadi bahan kritik adalah terkait dengan pandangan bahwa perbaikan kualitas pelayananlah yang harus diprioritaskan bukan kenaikan iuran.