Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

New Normal, Lebaran Tak Harus Baju Baru

25 Mei 2020   00:23 Diperbarui: 25 Mei 2020   23:07 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran itu identik dengan celana dan baju baru, sarung dan baju takwa baru, sandal san sepatu baru serta baju hijab baru. Juga peci baru, sajadah baru.

Sepertinya tidak afdol jika pergi sholai ied tanpa sarung dan baju takwa baru atau baju hijab baru. Rasanya kurang greget jika acara kunjung mengunjungi tanpa celana dan baju baru. Dan tampak kurang oke jika piknik lebaran tanpa jeans dan T-shirt baru.

Sampai awal-awal tahun 2000-an, kita madih bisa menyaksikan eksisnya penjahit-penjahit rumahan dan kios-kios tailor yang menerima jasa pembuatan celana dan baju baru. Banyak di antara mereka sampai-sampai harus nolak pelanggan karena sudah penuhnya "orderan". Toko-toko kain ramai dipenuhi orang yang belanja bahan celana dan baju.

Dalam belasan tahun belakangan ini, peran mereka pelan-pelan diambil alih oleh departement store dan toko busana muslim sekelas Shafira. Juga oleh toko-toko pakaian yang bermunculan dan kios-kios pakaian di pasar-pasar tradisional. Toko-toko kain pun berubah haluan menjadi toko pakaian.

Mesin-mesin jahit lama masih kelihatan di pojok-pojok tempat parkir. Bukan menerima jasa pembuatan pakaian, tapi hanya rombak levis (memotong dan mengecilkan celana jeans).

Dalam lebaran tahun ini, omzet perdagangan fashion secara nasional dipastikan anjlok secara signifikan. Selain karena penerapan PSBB yang antara lain melarang beroperasinya kawasan-kawasan komersial tertentu, juga diakibatkan oleh anjloknya daya beli masyarakat. 

Banyak sekali perusahaan yang tidak mampu membayar THR karyawannya. Kalangan UMKM dan sektor informal, apalgi. Mereka bahkan kehilangan usaha yang berakibat kepada hilangnya pendapatan. Barangkali hanya kalangan ASN sajalah yang masih baik-baik saja, THR pun aman-aman saja diterima penuh.

Barangkali inilah pertama kali lebaran di era modern tanpa keceriaan baju baru.

Ini memang fenomena sesaat sebagai dampak dari pandemi covid-19. Tapi kalau boleh berharap, ini bisa menjadi the new normal. Bahwa lebaran tidak harus baju baru. Jika tahun ini kita bisa, kenapa tidak di tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya.

Dengan begitu, uang THR yang selama ini dialokasikan dengan cukup besar untuk kebutuhan baju lebaran, dapat direalokasi untuk kebutuhan lain yang lebih urgen. Misalnya untuk cadangan dana pendidikan anak atau untuk dana pemeliharaan keseharan keluarga.

Bukankah yang dianjurkan dikenakan pada saat sholat ied adalah pakaian terbaik yang saat itu dimiliki, bukan baju baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun