Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ini tentang Rasa, antara Murid dan Siswa

4 Mei 2020   05:59 Diperbarui: 4 Mei 2020   05:54 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak tahu sejak kapan istilah siswa digunakan dan kenapa tidak menggunakan istilah murid. 

Yang saya tahu Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, menggunakan kata siswa bukan murid, saat mendirikan Onderwijs Institut Tamansiswa atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Tamansiswa pada tanggal 3 Juli 1922. Lagi-lagi saya tidak tahu alasannya. Yang pasti, tentu ada pertimbangan yang bersifat pilosofis dari beliau yang mempunyai nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat itu.

Sementara itu UU Sistem Pendidikan Nasional, menggunakan istilah peserta didik. Dengan demikian istilah peserta didik sebenarnya yang menjadi istilah resmi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tapi secara faktual, dalam praktek belajar mengajar lebih umum istilah siswa yang digunakan. Sehingga mereka yang belajar di tingkat perguruan tinggi disebut mahasiswa bukan mahamurid.

Kalau begitu apa urgensinya mengulas murid dan siswa. Jangan-jangan seperti meributkan mudik dan pulkam, lockdown dan psbb atau banpres dan baper.

Bagi saya ini tentang rasa (pinjam judul lagunya Astrid).

Adalah namanya Bu Kasli, guru SD saya yang masih hidup. Beliau guru pavorit saya. Terakhir bertemu beliau 3 tahun lalu, masih seger masih cantik masih seperti ketika saya SD (saya yakin beliau tidak pake susuk awet muda). Saya tetap menganggap beliau guru saya, bukan mantan guru.

Kawan saya, kakak kelas di SMP, sekarang guru di SMA Negeri di kampung saya. Dia tetap guru, padahal adik-adik lihtingnya beberapa sudah menjadi kepala sekolah. 

Ketika saya tanya kenapa tidak jadi kepala sekolah. Dia jawab, saya lebih menikmati jadi guru, bisa tetap dekat dengan murid-murid saya, lagi pula saya merasa tidak cukup kemampuan untuk jadi kepala sekolah. Di tengah-tengah banyak yang berebut jadi kepala sekolah, dia sama sekali tidak tertarik.

Bukan rahasia lagi, banyak guru berusaha agar diangkat menjadi kepala sekolah dengan mengandalkan kemampuan lobi, jurus kedekatan, atau jurus dukung mendukung dalam pilkada. Kalau saja dia mau pake jurus kedekatan, maka sangat besar peluang bagi kawan saya tadi untuk diangkat sebagai kepala sekolah.

Teman sekelas saya di SMP berkirim WA via WAgrup kelas SMP kami, menyampaikan pesan seorang guru SMP  yang isinya kalau dalam bahasa Indonesia kira-kira sbb : ' mohon disampaikan kalau bertemu dengan murid-murid bapa, bapa mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan". Beliau adalah guru PMP (Pendidikan Moral Pancasila) dan pavorit saya di SMP.

Seorang ibu guru di SMP tempat dulu anak kedua saya sekolah (SMP yang sama dengan saya), sampai saat ini (anak saya sudah sarjana), masih selalu menanyakan perkembangan anak saya. Dia selalu menggunakan frasa murid saya atau murid ibu ketika bertanya tentang anak saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun